1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Telah Memilih

21 Agustus 2009

Dunia internasional memberi selamat kepada warga Afghanistan yang menunjukan keberanian dengan memberikan suaranya (Kamis 21/08). Siapa Presiden pilihan rakyat Afghanistan itu, akan diketahui secepatnya dua pekan lagi.

https://p.dw.com/p/JFXG
Foto: AP

Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen memuji jalannya pemilihan umum di Afghanistan. Meski informasi resmi mencatat, lebih dari 50 orang tewas dalam sekitar 130 serangan yang terjadi di berbagai wilayah Afghanistan saat pemilihan berlangsung. Begitu pula para kepala negara-negara barat memberi selamat kepada warga Afghanistan yang menunjukan keberanian dengan memberikan suaranya (Kamis 21/08).

Sementara Utusan Khusus Amerika Serikat, Richard Holbrooke yang juga mengunjungi beberapa TPS memuji damainya suasana pemilihan. Bagi Washington yang terpenting dalam pemilihan presiden di Afghanistan ini adalah tidak timbulnya kerusuhan massal.

Sekitar 17 juta warga Afghanistan berhak memberikan suaranya untuk menentukan Presiden baru dan parlemen regional. Seorang petugas Komisi Pemilu Afghanistan memperkirakan, jumlah pemilih bisa mencapai 50%, walaupun aksi teror Taliban diduga menurunkan minat pemilih. Masalah keamanan memang memaksa ditutupnya 315 TPS. Meski begitu lebih dari 6500 TPS dibuka pada hari Kamis dari pukul 7 pagi waktu Afghanistan, hingga pukul 4 sore.

Di sebuah TPS para pemilih sabar menunggu dalam dua antrian panjang, masing-masing untuk pemilih perempuan dan pemilih lelaki. Sebelum keluar dari TPS, setiap orang harus mencelupkan jarinya ke dalam sebuah wadah berisi tinta gelap. Ini menandakan telah memberi suara. Seorang perempuan tersenyum sesudah melakukannya, "Saya sangat gembira. Afghanistan akan menjadi lebih baik sekarang, karena saya telah memilih.“

Sejumlah pengamat menilai, pada pemilu pertama di Afghanistan lima tahun lalu, antrian-antrian pemilu jauh lebih panjang. Tapi kini pun, tak sedikit penduduk Kabul yang berani menentang intimidasi kelompok Taliban. Seorang pemilih lelaki bertutur, "Saya ingin menunjukan keberanian saya kepada orang-orang di Afghanistan ini. Membuktikan bahwa saya tidak takut kepada Taliban maupun kelompok pemberontak. Hadir di sini merupakan satu cara, untuk melawan mereka.“

Taliban memang tak dapat mencegah berlangsungnya pemilu, tapi mereka telah berhasil mengganggunya. Abdullah Abdullah, pesaing calon Presiden yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri mengatakan, "Saya kuatir mengenai kekerasan dan sejumlah insiden yang terjadi hari ini, tapi secara keseluruhan saya merasa positif.“

Abdulah mengkonfirmasi adanya laporan dari beberapa wilayah mengenai serangan terhadap TPS. Bentrokan senjata terberat terjadi di propinsi Baghlan, di mana lebih dari 20 anggota Taliban tewas ditembak polisi Afghanistan yang didukung pasukan NATO.

Sedangkan Presiden Hamid Karsai yang menilai sukses pemilihan umum ini, menekankan bahwa ledakan bom dan serangan roket terjadi di hanya 15 propinsi dari 34 propinsi Afghanistan.

Meski sejumlah kalangan tampak optimis, pakar politik Haroun Mir sebelumnya menangkap kurangnya suasana perayaan demokrasi. Ia menilai, masalahnya tidak terletak pada teror Taliban, melainkan pada tidak dipenuhinya janji-janji Presiden Karsai dan dunia internasional yang diutarakan pada tahun 2004. Kenyataannya sebagian besar wakyat Afghanistan masih sangat miskin.

Namun sejauh apa warga betul-betul meyakini demokrasi muda yang berlangsung di Afghanistan, lebih tergantung pada penilaian mereka apakah pemilu kedua ini berlangsung bebas dan adil.

EK/DK/DW/dpa/afp/rtr/