1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afrika Barat Kembali Desak Gbagbo Mundur

3 Januari 2011

Dalam menyelesaikan konflik yang berkecamuk di Pantai Gading, perhimpunan kerjasama ekonomi negara-negara Afrika Barat ECOWAS sekali lagi mencoba untuk menengahi.

https://p.dw.com/p/zsxk
Laurent GbagboFoto: AP

Presiden Sierra Leone, Benin dan Cape Verde Senin ini menuju ke Abidjan, didampingi PM Kenya Raila Odinga yang mewakili Uni Afrika. Mereka kembali mendesak Gbagbo, untuk bersedia meletakan jabatannya.

Tak Jelas Kapan Konflik Berakhir

Dilindungi ratusan anggota pasukan PBB, pemimpin oposisi Pantai Gading Alassane Quattara masih bertahan di Hotel-Golf Abidjan. Sekitar 1500 orang juga berada di hotel tersebut. Setiap hari helikopter PBB mendarat di landasan hotel membawa sekitar satu ton bantuan kebutuhan pangan. Berapa lama situasi pelik itu akan terus berlangsung? Demikian tanya seorang reporter kepada Perdana Menteri pilihan Outtara, Guillaume Soro, dan inilah jawaban yang disodorkannya: “Saya bukanlah Tuhan, yang dapat memberikan Anda tanggal pastinya.”

Tenggat Waktu yang Gagal

Ia begitu berhati-hati dengan kepastian tanggal. Pertama-tama pada akhir pekan silam, pemimpinnya, Outtara memberi tenggat waktu pada rivalnya, yaitu Laurent Gbagbo, untuk meletakan jabatan pada tanggal 1 Januari. Namun apa yang terjadi? berikut dipaparkan Soro: “Tanggal 1 Januari kami bangun dan Gbagbo masih juga belum mau mundur. Dengan demikian ia menolak tawaran Ouattara, yaitu diberikannya imunitas sebagai bekas presiden.”

Gbagbo Bergeming

Kesabaran Ouattara diuji oleh Laurent Gbagbo. Begitu pula tawaran organisasi kerjasama ekonomi negara-negara Afrika barat ECOWAS. Pekan lalu mereka mendesak agar Gbagbo meletakan jabatannya. Dan Senin ini mereka kembali mencoba lagi menengahi. PM Kenya Raila Odinga yang mewakili Uni Afrika ikut dalam rombongan tersebut. Ia merupakan yang pertamakali mendesak Gbagbo turun tahta, jika perlu dengan aksi kekerasan. Pemikiran itu juga yang melekat pada ECOWAS. Mereka mengancam akan melakuan intervensi militer.

Elfenbeinküste Vermittlungsmission Ecowas
ECOWAS memediasiFoto: AP

Namun Gbagbo bergeming. Pada pergantian tahun, ia berpidato di televisi: “Ini merupakan percobaan kudeta, yang berada di bawah kendali PBB. Semua ini dilakukan untuk mendudukan seseorang di puncak kekuasaan negara dengan cara yang curang. Seorang pria yang tidak dipilih oleh rakyat Pantai Gading.“´

PBB menandaskan bahwa yang benar adalah sebaliknya. PBB menyatakan dukungannya terhadap Ouattara. Hal ini yang membuat PBB dimusuhi pula oleh Gbagbo. Ia menuding PBB berpihak, ingin menggulingkannya. Tak urung pasukan PBB diserang oleh pengikut Gbagbo. Sementara PBB menuding pengikut Gbagbo menebar kebencian. PBB melakukan penyelidikan atas dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan pengikut Gbagbo. Terdapat dua kuburan massal yang ingin diselidiki pasukan PBB, namun dicegah oleh aparat keamanan pemerintah. Juru bicara PBB Michel Bonnardeau di televisi RFI mengatakan: “Mereka dihentikan oleh patroli yang terdiri dari 30-an aparat keamanan. Lalu aparat keamanan meminta mereka berbalik arah segera. Namun misi PBB ingin pergi ke wilayah tersebut, dimana sudah dua minggu ini desas-desusnya beredar. Mereka ingin membuktikan isu tersebut, bagaimana dapat terjadi.“

Baik PBB maupun ECOWAS masih mengandalkan diplomasi. Setidaknya, organisasi pemuda „Patriot Muda“ telah menunda serangannya terhadap Hotel-Golf. Mereka berujar, ingin memberikan kesempatan sekali lagi untuk negosiasi. Dengan demikian Outtara kini tidak harus keluar dulu dari hotel tersebut. Satu hal yang pasti, sedikit demi sedikit rakyat Pantai Gading kehabisan kesabarannya, pada kedua pihak yang bertikai.

Marc Dugge / Ayu Purwaningsih

Editor : Pasuhuk