1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ahok, Gubernur Pertama Etnis Tionghoa

14 November 2014

DPRD DKI akhirnya menatapkan Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur DKI menggantikan Joko Widodo. Untuk pertama kalinya gubernur baru ibukota DKI Jakarta berasal dari etnis Tionghoa.

https://p.dw.com/p/1CvLV
Foto: Reuters

Selama era Suharto, komunitas minoritas etnis Tionghoa di Indonesia menghadapi diskriminasi parah dalam beberapa dekade. Kini, untuk pertama kalinya gubernur baru ibukota DKI Jakarta berasal dari etnis Tionghoa.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang berasal dari etnis Tionghoa siap untuk mengambil alih sebagai pemimpin ibukota. Sekalipun mendapat penentangan, terutama dari Partai Gerindra dan Front Pembela Islam (FPI), DPRD DKI Jakarta dalam sidang paripurna hari Jumat (04/11) memutuskan menetapkan Ahok sebagai gubernur.

"Indonesia telah mengalami kemajuan yang luar biasa sejak masa Suharto," ujar Benny Setiono, pendiri Asosiasi Cina-Indonesia, salah satu kelompok utama yang mewakili minoritas. "Siapa yang pernah berpikir bahwa seorang pria Cina dan Kristen seperti Ahok bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta?"

Pendekatan keras

Berbeda dengan Joko Widodo (Jokowi) yang penuh pendekatan persuasif, Ahok terkenal karena bisa memuntahkan kemarahan pada pejabat yang kerjanya tidak beres. Para pendukungnya percaya dia bisa menggoyahkan birokrasi yang tidak efisien.

Meskipun banyak yang meragukan tokoh non-Muslim ini ketika ia terpilih sebagai wakil gubernur pada tahun 2012, gaya tangguh Ahok dan kampanyenya dalam mengusung transparansi di negara yang tingkat korupsinya tinggi seperti Indonesia, telah membantunya memenangkan dukungan publik yang kuat.

"Dari dulu saya memang sudah begini," katanya kepada AFP saat ia berlari melewati wartawan di balai kota di suatu pagi. Ia menambahkan bahwa ia akan "membiarkan publik menilai" apakah strateginya efektif atau tidak.

Membantu yang kurang mampu

Purnama dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di pulau Belitung. Ia menamatkan studi geologi di universitas di Jakarta, sebelum kembali ke kampung halamannya dan masuk ke dunia bisnis. Terutama pada masa pemerintahan otoriter, perusahaan swasta merupakan ruang lingkup di mana etnis Tionghoa menghadapi pembatasan yang lebih sedikit. Banyak konglomerat terkemuka di era Suharto berasal dari minoritas Tionghoa.

Ketika salah satu proyeknya mengalami kesulitan dengan pejabat setempat, Purnama menjadi begitu kecewa dan hampir pindah ke luar negeri. Namun ayahnya membujuk ia untuk tetap tinggal di tanah air. Sang ayah pula yang mendorong dia menggunakan bakatnya untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Ia kemudian masuk dalam kancah politik lokal tahun 2004.

Gaya Ahok mungkin berbeda dengan Jokowi. Tapi ia telah berjanji untuk melanjutkan program pendahulunya, termasuk memperluas akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin, serta meningkatkan layanan transportasi umum dan lalu lintas di ibukota.

ap/ab(afp)