1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

160610 Euro Perspektiven

17 Juni 2010

Setelah krisis Yunani, nilai tukar Euro makin terpuruk. Bahkan sempat muncul kekhawatiran, mata uang bersama Eropa itu nantinya bisa berakhir, dan negara pengguna kembali menggunakan mata uangnya sendiri-sendiri.

https://p.dw.com/p/NtLK
Foto: picture-alliance/dpa/DW

Ketika nilai tukar mata uang Euro makin tertekan, Uni Eropa setuju untuk meluncurkan paket penyelamatan bagi Yunani dalam jumlah ratusan miliar Euro. Di depan anggota Parlemen Jerman Bundestag, Kanselir Angela Merkel membela langkah penyelamatan itu dengan menegaskan: jika Euro gagal, maka Eropa juga akan gagal.

Dari sudut pandang ekonomi, kalimat ini tidak bermakna. Selama sebuah mata uang diterima sebagai alat pembayar, maka mata uang itu tetap berfungsi dan tidak gagal. Yang bisa terjadi adalah, mata uang itu kehilangan nilainya. Turunnya nilai tukar mata uang berdampak pada para pelaku ekonomi, terutama para investor asing.

Jürgen Matthes dari Institut Ekonomi Jerman menerangkan, "Bagi para investor asing, melemahnya nilai tukar Euro berarti, mereka kehilangan uang. Jadi memang, ada dampak yang akan dirasakan. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa Euro gagal. Pernyataan itu sulit dipahami."

Yang dikhawatirkan Angela Merkel adalah, jika salah satu negara peserta keluar dari sistem mata uang bersama. Ini bisa mengacaukan sistem keuangan. Tapi, tidak ada mekanisme untuk memaksa satu negara keluar dari sistem mata uang Euro.

Memang ketika krisis keuangan di Yunani makin parah, di beberapa negara muncul wacana untuk keluar dari mata uang Euro. Atau mengeluarkan Yunani secara paksa. Michael Hüther, direktur Institut Ekonomi Jerman menilai, "Ini diskusi tidak perlu, karena tidak realistis. Keluar secara sukarela atau dikeluarkan dari mata uang bersama bukan opsi yang nyata dan sebenarnya tidak perlu dibahas."

Sebuah negara yang menghadapi kesulitan keuangan biasanya melakukan devaluasi mata uang. Produk dari negara itu jadi lebih murah di pasar dunia, dan mereka lebih mampu bersaing. Tapi, semua barang impor akan jadi lebih mahal. Uang yang diterima para pekerja sebagai upah dan gaji nilainya turun drastis.

Ketika menghadapi krisis keuangan akhir tahun 90-an, negara-negara Asia melakukan devaluasi mata uang. Strategi ini cukup berhasil. Di Eropa, langkah ini tidak mudah dilakukan, sebab akan ada perlawanan dari serikat buruh dan wakil-wakil pekerja. Sedangkan bagi negara-negara yang sudah menggunakan mata uang Euro, tidak ada lagi kemungkinan melakukan devaluasi. Karena bukan mereka yang menentukan nilai tukar mata uang Euro. Kewenangan politik mata uang ada di tangan Bank Sentral Eropa.

Rolf Wenkel/Hendra pasuhuk

Editor: Ziphora Robina