1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akankah Euro tetap bertahan?

9 Desember 2010

Ibarat sebuah permainan batu-batuan domino. Setelah satu negara terjatuh karena terlilit hutang negara, sejumlah negara lainnya ikut terjatuh beruntun, karena tidak mampu lagi menangani hutang negaranya.

https://p.dw.com/p/QUfU
Ketua kelompok negara zona Euro, Jean-Claude JunckerFoto: picture alliance/Photoshot

Setelah Yunani, kemudian Portugal, Irlandia dan Spanyol, negara-negara itu berada di jajaran korban krisis. Setiap kali ada yang jatuh, setiap kali negara anggota lainnya terpaksa mengulurkan tangan. Perselisihan terkait pencarian solusi dari krisis Euro, harian konservatif Inggris The Times menulis, „Harapan bantuan bagi warga Yunani yang dianggap oleh negara anggota lainnya sebagai pemboros, atau bagi negara lain yang juga berusaha keluar dari kemelut krisis, nampaknya tidak dapat diwujudkan. Khususnya bantuan dari negara yang penduduknya sangat berhati-hati seperti Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel telah menolak paket pemulihan senilai 750 milyar Euro bagi negara zona Euro yang dilanda krisis utang. Tetapi, semua anggota Euro bisa saja dipaksa untuk meningkatkan integrasinya dalam politik keuangan. Dan itu, sebelum kepercayaan para investor terhadap situasi keuangan seperti di Portugal hilang. Karena sejumlah bank Eropa memiliki surat utang negara anggota Euro. Muncul kekuatiran, stabilitas sistem perbankan kembali terancam.“

Kemudian harian Perancis yang terbit di Paris Figaro juga menulis komentar menanggapi situasi di zona Euro. Harian itu menulis, „Walaupun jumlah dana pemulihan yang disediakan cukup besar, harus diakui, seperti dalam permainan domino, batu yang tidak dapat menahan timpaan batu lainnya akan ikut terjatuh. Tetapi yang lebih mengkuatirkan adalah negara yang tergolong stabil seperti Jerman, ikut ambruk. Kini, setelah negara kaya di zona Euro semakin enggan untuk melakukan aksi penyelamatan bagi mitranya yang ketimpa krisis, sudah saatnya bagi Eropa untuk memikirkan sebuah mekanisme penanggulangan krisis, jika betul-betul berniat untuk menyelamatkan mata uang bersama mereka. Ada banyak jalan yang menuju ke sana, namun kuncinya terletak di Berlin.“

Harian Spanyol El Mundo yang berhaluan liberal kanan juga memberikan komentarnya. Harian itu menulis, „Pertikaian antara negara kaya Jerman dengan ketua kelompok negara Euro, Jean-Claude Juncker semakin meruncing. Juncker menuduh, Jerman menolak usulannya untuk memberikan pinjaman bagi negara yang dilanda krisis, tanpa mengujinya terlebih dahulu. Merkel kuatir, situasi keuangan di negara krisis akan semakin tidak terkontrol. Gagasan Juncker didukung antara lain oleh Italia. Dan bantuan itu akan efektif, jika disesuaikan dengan situasi keuangan masing-masing negara.“

Tema lain yang juga menjadi sorotan pers internasional adalah politik pembangunan pemukiman Israel di Jalur Gaza. Harian Italia La Republica menulis, „proses perdamaian di Timur Tengah untuk kembali melakukan penghentian pembangunan sementara selama 90 hari yang dipelopori oleh Amerika Serikat, nampaknya mengalami kemandekan. AS menyerah karena tidak mampu mendorong semua pihak yang bertikai untuk mewujudkan sasaran perdamaian. Ini merupakan kegagalan visi Presiden AS Barack Obama bersama Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang merancang denah jalur ini. Yakni, meyakinan Israel dan Palestina untuk melakukan perundingan langsung, lalu terbentuklah negara Palestina satu tahun kemudian. Ini merupakan kegagalan diplomatik terbesar yang dialami Gedung Putih.“

AN/MH/dpa/afpd