1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Anti Terorisme di Filipina

Miranti Hirschmann15 Agustus 2006

Pulau Jolo, selatan Filipina diduga merupakan basis kelompok teror Abu Sayyaf, dimana roket roket ditembakkan dan bom-bom diledakkan.

https://p.dw.com/p/CPCc
Warga Mindano yang harus mengungsi akibat peperangan antara pasukan Filipina dan Moro
Warga Mindano yang harus mengungsi akibat peperangan antara pasukan Filipina dan MoroFoto: AP

Sejak beberapa hari yang lalu, kendaraan-kendaraan berat militer memasuki hutan pulau Jolo untuk mencari 3 pentolan teroris Asia Tenggara. Mereka adalah Kaddafi Janjalani, pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf dan 2 pentolan Jemaah Islamiyah asal Indonesia. Mereka ini adalah orang yang paling bertanggung-jawab atas peristiwa bom Bali. Kolonel Supnik, komandan regional dari pasukan tentara nasional Filipina mengatakan:

Kami berhasil menewaskan 3 orang dari pihak Abu Sayyaf dan melukai 2 orang. Di pihak kami 5 orang luka. Namun beberapa dari mereka sudah pulih dan kembali ke basis mereka di Jolo.”

Operasi pasukan Filipina ini didukung oleh pasukan tentara Amerika Serikat. Namun Kolonel Supnik menegaskan bagaimanapun, pasukan asing tidak dibenarkan untuk menyerang secara langung.

Dalam operasi ini, kami berbagi informasi dengan tentara Amerika Serikat guna melindungi rakyat sipil. Mereka juga menyediakan pertolongan medis dan obat-obatan. Pasukan Amerika tidak terlibat dalam aksi anti teror ini, karena bertentangan dengan konstitusi.”

Perjanjian mengenai pengiriman bantuan pasukan Amerika Serikat disetujui mantan Presiden Filipina, Joseph Estrada, pada tahun 1998 jauh sebelum perang melawan terorisme dimulai. Sementara lebih dari 30 tahun di selatan Filipina, kelompok pemberontak Muslim menuntut berdirinya sebuah negara Islam. Kelompok Abu Sayyaf adalah salah satu diantaranya. Kelompok lainnya , Front Pembebasan Muslim Moro atau dikenal MILF, sedang menegoisasikan perjanjian damai dengan pemerintah. Pemimpin MILF, El haj Murad menduga, serangan yang dilancarkan pasukan Filipina akhir akhir ini bisa dianggap sebagai serangan terhadap kelompok-kelompok Muslim di Mindanao.

Front Pembebasan Muslim Moro bersedia mengesampingkan keinginan mendirikan sebuah negara Islam, dan sebgai gantinya mendapatkan sebuah daerah otonomi khusus. El Haj Murad menuturkan, situasi saat ini bisa menumbuhkan kembali keinginan untuk lepas dari Filipina. Oleh karena itu, konflik tersebut harus segera diselesaikan:

"Aksi militer pasukan Filipina ini mengakibatkan ribuan penduduk pulau Jolo mengungsi. Desa-desa dievakuasi sejak dimulainya aksi tersebut pada awal bulan Agustus."

Sejak beberapa bulan, pemerintah Filipina memperjuangkan untuk diberlakukannya sebuah undang undang baru mengenai anti- terorisme di parlemen, sebagai upaya memantau aksi terorisme yang makin sering