1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi damai kelompok gay berakhir bentrokan di Rusia

28 Mei 2007

Hari Minggu (27.5) di Moskow, polisi Rusia menangkap tiga puluh partisipan aksi gay, termasuk anggota parlemen Uni Eropa dan Jerman. Petisi yang juga ditandatangani oleh 40 anggota parlemen Eropa, itu menuntut kebebasan berasosiasi dan berkumpul bagi kelompok gay di Rusia.

https://p.dw.com/p/CP5x
Volker Beck pada demo gay di Moskow 2007
Volker Beck pada demo gay di Moskow 2007Foto: picture alliance/ dpa

Marco Cappato, anggota parlemen Eropa dan Volker Beck, anggota parlemen Jerman dari partai hijau merupakan dua di antara petisioner yang sempat ditahan. Beck menegaskan bahwa masalahnya bukan apakah warga Rusia menyukai kelompok gay, melainkan perlindungan terhadap kelompok minoritas yang merupakan tugas negara demokratis.

Sementara, Ketua partai Hijau Jerman kini mendesak Kanselir Jerman Angela Merkel untuk mengangkat masalah Hak Azasi Manusia dalam pertemuan negara industri G8 mendatang.

Yel-yel yang diteriakan kelompok anti gay di depan kantor walikota Moskow, menyamakan pilihan hidup para homoseksual ini sebagai kebejatan moral yang diceritakan dalam kisah Sodom dan Gomorah di jaman nabi-nabi. Diantaranya bahkan terdengar teriakan: „bunuh banci“

Sejak tahun 1993, homoseksualitas sudah bukan tindak kriminal di Rusia. Namun sampai kini, pengakuan terhadap kelompok gay belum meluas. Di pihak lain, hanya sedikit lebih dari 40 orang pendukung dan aktivis gerakan gay yang turut menyampaikan petisi kepada walikota Rusia itu. Sementara sedikitnya seratus polisi dan demonstran anti-gay yang berada di situ. Selain itu juga pasukan khusus Kementrian Dalam Negeri Rusia, OMON berjaga di sana.

Disebutkan, pihak keamanan Rusia tiba-tiba bergerak, ketika wakil dari parlemen Eropa akan menyampaikan pertisi itu kepada Yuri Luzhkov, walikota Moskow Rusia yang dikenal anti gay. Salah seorang korban pertama adalah Volker Beck, anggota parlemen Jerman. Anggota Partai Hijau Jerman yang secara terbuka mengakui homoseksualitasnya ini ditarik polisi dan didorong ke tanah. Beck menuturkan,

“sesudah itu saya dilempari telur dan tomat oleh demonstran sipil yang berada di situ. Kemudian saya ditangkap. Didorong-dorong, digiring melintasi lapangan. Sementara kelompok milisi terus mengancam, sampai anggota pasukan OMON berbaku hantam dengan mereka, antara lain supaya saya tidak kembali ke lapangan.”

Volker Beck ditahan sekitar satu setengah jam. Ia mengatakan,

Saya diberitahu bahwa saya bukannya ditangkap, melainkan tindakan ini dilakukan demi keamanan saya.”

Beck menekankan, para petisioner hak-hak gay itu tidak ribut-ribut, tidak berbuat onar dan melakukan aksinya dengan damai. Tidak ada aktivis gay yang berpakaian mencolok, maupun mengusung umbul-umbul.

Bagi Beck pengalaman seperti ini bukan yang pertama kali. Tahun lalu dalam sebuah aksi serupa di Moskow, ia dipukuli secara brutal. Menurut Beck, hal itu berlangsung di depan mata polisi, yang tidak berusaha melerai maupun melindunginya. Menurut dia, pengalaman kali ini tidak seburuk waktu itu.

„Tidak, saya tidak cedera. Pakaian saya kotor dan pasti bakal sedikit biru-biru, tapi ini tidak tragis.“

Namun tidak semua aktivis gay luput dari cedera. Beberapa harus dilarikan ke rumah sakit karena dihantam, ditendang dan dipukuli oleh kelompok anti gay itu. Bahkan hampir separuh dari kelompok petisioner itu ditahan polisi dengan alasan menghambat lalu lintas dan mengganggu ketenangan.

Sementara polisi tampak membiarkan bebas kelompok anti-gay, yang terdiri dari anggota-anggota kelompok nasionalis dan kelompok fasis. Bahkan diantaranya ada juga pendeta gereja Ortodoks Rusia, yakni Uskup Alexej, inisiatior gerakan yang terpisah dari gereja resmi Rusia.

Bentrokan di tengah kota Moskow itu tidak berlangsung lama. Pemirsa televisi Rusia hanya menerima sedikit informasi mengenai peristiwa itu, keterangan mengenai kepentingan petisi kaum gay itu tidak ada. Hampir seluruh pemberitaan dilakukan jurnalis asing. Dampak laporannya di Jerman, terlihat dari tuntutan Ketua partai Hijau Jerman Claudia Roth, yang menyatakan, Rusia sekali lagi melecehkan hak azasi manusia secara sistematis.

Sementara di Rusia, lambat laun laporan-laporan internasional seperti ini mulai mengganggu para warga yang patriotis, seperti anggota parlemen Rusia, Alexej Mitrofanov dari partai Schirinowskis. Ia mengeluhkan,

„Orang Rusia sering merasa sakit hati dan dikritik tanpa alasan oleh negara-negara Barat, mereka selalu lupa bahwa justru mereka yang memberikan alasan untuk kritik itu. Kenapa dulu anggota parlemen Jerman itu dipukuli? Lalu buat apa memukuli utusan Perancis. Dia tuh betulbetul sampai babak belur. Buat apa sih? Siapa yang merasa tindakan seperti itu perlu?

Tampaknya suara-suara seperti Mitrafanov belum cukup banyak, karena ternyata kekisruhan di muka kantor Walikota Moskow hari minggu tetap terjadi.