1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Protes Warga Pedesaan Cina

7 Juli 2011

Saat ini moto pemerintah Cina adalah "harmoni“. Tidak ada pidato Presiden Hu Jintao dan PM Wen Jiabao, yang tidak menggunakan kata itu. Bagi Beijing, harmoni berarti seluruh warga Cina percaya kepada partai.

https://p.dw.com/p/11r6k
FILE - In this July 7, 2009 file photo, a Uigher woman demands the return of members from her community before a group of paramilitary police officers when journalists visited the area in Urumqi in western China's Xinjiang province. Nearly a year after the worst communal riots in China's far west in more than a decade, stories of asylum seekers interviewed by The Associated Press are among the few accounts to emerge of how some Uighurs managed to get out amid a government crackdown. (AP Photo/Ng Han Guan, File)
Seorang perempuan Uigur menuntut dibebaskannya warga di daerah tempat tinggalnya (07/07/2009)Foto: AP

Nasib seorang pekerja migran di Shanghai. Kamar kecil tempat ia dan istrinya tinggal dirubuhkan. Di lokasi itu akan didirikan menara perkantoran. Suami-istri itu tidak menemukan tempat lain yang bisa mereka bayar, jadi istrinya terpaksa pulang ke kampung halaman. Pekerja migran itu tinggal di asrama dan tidur di tempat tidur tingkat.

Pekerja itu bercerita, "Warga kota Shanghai sangat curiga dengan kami. Jika saya membuat kesalahan, mereka memarahi saya habis-habisan. Padahal satu-satunya perbedaan antara kami, saya datang dari desa, dan mereka dari Shanghai. Kadang saya begitu marahnya, sampai saya rasanya ingin menyerang mereka dengan pisau. Saya tidak peduli, jika mereka dan saya mati. Mereka memaki saya karena hal-hal kecil. Hanya karena mereka kaya dan saya tidak."

In this photo taken Monday, June 13, 2011, anti-riot police officers patrol the city of Xintang in China. Security forces patrolled the streets and manned roadblocks Tuesday in the southern Chinese city where rioting factory workers attacked police stations and torched vehicles over the weekend, residents said. (Foto:Yomiuri Shimbun, Shiomi Kadoya/AP/dapd) JAPAN OUT, MANDATORY CREDIT
Polisi anti huru-hara yang dikirim untuk membubarkan demonstrasi di Xintang (13/06/2011)Foto: Yomiuri Shimbun, Shiomi Kadoya/AP

Frustasi Warga Miskin

Frustasi warga miskin di Cina semakin sering nampak. Jumlah aksi protes tidak diketahui dengan pasti, tahun lalu kemungkinan lebih dari 100.000. Pakar sosiologi Yu Hai dari Universitas Fudan di Shanghai sangat resah.

Ia mengungkapkan, "Kekerasan terjadi setiap hari dalam masyarakat ini. Itu terutama terjadi di antara warga yang pemasukannya sedikit, yang ingin mengubah situasinya dengan cara ekstrim. Mereka tidak pernah mendapatkan hak-hak mereka. Karena hal kecil, frustasi bisa meletus. Itu adalah tanda bahaya."

Di provinsi Jiangxi di Cina selatan, bulan Mei lalu bom mobil meledak di depan gedung pemerintah. Dengan cara itu seorang petani ingin memprotes sebuah keputusan pengadilan. Di provinsi Zhejiang yang kaya, beberapa kesatuan khusus polisi menangkap warga yang berdemonstrasi. Seperti biasa, demonstrasi menyangkut ganti rugi soal tanah.

Laborers in red T-shirts specialized for the occasion attend a "red song" gathering for construction workers in southwest China's Chongqing Municipality Thursday June 9, 2011. Over 3,000 migrant workers attend the gathering in Jiulongpo district to mark the 90th anniversary of the Party. Photo via Newscom picture alliance
Pekerja migran di Cina (09/06/2011)Foto: picture alliance/Newscom

Tidak Bermanfaat

Pakar sosiologi Yu Hai yakin, reaksi seperti itu yang diberikan pemerintah, tidak banyak manfaatnya. "Sikap mereka dalam kerusuhan sosial mungkin memang tidak brutal dan lebih rasional. Tetapi masih tetap bersifat menolak, jika menyangkut kebebasan pers, kebebasan berpendapat dan upaya mencari penyebab. Mereka tetap tidak menemukan cara untuk menyelesaikan masalah itu," demikian Yu Hai.

Internet mempengaruhi laporan media. Berita regional dijadikan berita nasional, dan dari tingkat nasional dijadikan tema hangat di seluruh dunia. Terutama, jika menyangkut warga etnis minoritas. Tibet sekarang ditutup untuk turis asing. Demikian halnya dengan Aba, bagian provinsi Sichuan yang mayoritas anggota masyarakatnya warga Tibet. Di daerah itu, seorang biksu membakar diri awal tahun ini. Ratusan orang kemudian ditangkap, demikian keterangan kelompok hak asasi manusia.

Awal Juni kerusuhan paling besar dalam 20 tahun terakhir terjadi di Mongolia Dalam. Penyebabnya, sebuah truk menabrak mati seorang warga Mongolia bermaksud yang mencegah truk itu melewati daerah padang rumput. Dua tahun lalu, di Xinjiang di barat laut, sedikitnya 200 orang tewas, ketika terjadi bentrokan antara masyarakat Uigur dan Cina.

Diskriminasi dan Tekanan

Präsidentin des WUC – des Weltkongresses der Uiguren Rebiya Kadeer. In München demonstrierte die Uigurengemeinde gegen die Menschenrechtsverletzung in ihrer Heimat Xinjiang, China, anlässlich des 14.Jahrestages der "Gulja-Massaker". Das Bild wurde am 05.02.2011 gemacht. Copyright: DW/Patrick von Frankenberg
Ketua Kongres Uigur sedunia, Rebiya KadeerFoto: DW/ P. von Frankenberg

Waktu itu wartawan Uigur Hairat Niyaz menganalisa, "Setiap tahun hanya 20% dari 10.000 warga Uigur bergelar sarjana mendapat pekerjaan. Sebaliknya, hampir semua mahasiswa Cina bisa bekerja. 95% perusahaan di Xinjiang berada di tangan warga Cina. Mereka tidak suka warga Uigur. Menurut mereka, memimpin orang Uigur sulit. Karena mereka, misalnya, harus mendirikan kantin lagi yang khusus untuk makanan muslim. Di berbagai kantor tenaga kerja, banyak perusahaan menggantungkan tulisan, tidak terima orang Uigur."

Hairat Niyaz punya banyak usul, bagaimana menyelesaikan masalah ini. Yaitu: media-media asing. Ia bercerita, bagaimana ia berusaha memperingatkan pemerintah akan bahaya yang mengancam, dan tidak ada gunanya. Mungkin karena itulah Juli 2010 ia dijatuhi hukuman penjara 15 tahun.

Astrid Freyeisen / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk