1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aleppo Timur Menjadi "Kuburan Raksasa"

1 Desember 2016

Badan Kemanusiaan PBB memohon Rusia untuk menghentikan pertumpahan darah di Aleppo. Namun Moskow menolak dan menyebut upaya tersebut sebagai "taktik kosong."

https://p.dw.com/p/2TaVV
Syrien Offensive der Armee in Aleppo
Foto: picture-alliance/abaca/AA/J. al Rifai

Koordinator bantuan kemanusiaan PBB mengkhawatirkan timur Aleppo bakal menjadi "kuburan raksasa," menyusul serangan pasukan pemerintah Suriah dan Rusia terhadap kawasan yang dikuasai pemberontak.

Menurut Stephen O'Brien, sejak Sabtu (26/11) sekitar 25.000 penduduk mengungsikan diri, lebih dari separuhnya adalah anak-anak. Sementara Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengatakan hampir 40% wilayah pemberontak telah diambilalih oleh militer pemerintah.

"Untuk kemanusiaan, kami memohon semua pihak dan mereka yang memiliki pengaruh, untuk melakukan apapun buat melindungi warga sipil dan menjamin akses keluar dari kawasan timur Aleppo sebelum menjadi kuburan raksasa," kata O'Brien.

Namun Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, menolak desakan untuk mengakhiri operasi militer yang diusung oleh pasukan darat dari kelompok radikal Hizbullah dan unit militer asal Iran.

Menurutnya Rusia ikut mengkhawatirkan nasib warga sipil di Aleppo. Tapi Moskow berdalih derita mereka tidak akan berkurang dengan mengakhiri "operasi anti terorisme," melawan "bandit" yang dimanjakan dan dibiayai oleh Perancis dan Inggris.

Ia bahkan menyebut kelompok helm putih yang beranggotakan warga sipil dan bertugas mengangkut jenzah korban pemboman sebagai kelompok "psedo humaniter." Churkin menyebut Resolusi PBB yang menuntut agar Rusia mengakhiri pertumpahan darah di Aleppo sebagai "taktik yang tidak berguna."

Saat ini PBB mengklaim masih memiliki cadangan makanan untuk 150.000 orang di barat Aleppo. Tapi tidak adanya koridor kemanusiaan buat penduduk sipil berarti 200.000 penduduk di timur harus bertahan hidup tanpa makanan atau persediaan obat-obatan yang cukup. Rusia berulangkali menolak desakan untuk memberlakukan gencatan senjata sementara.

rzn/hp (ap,afp)