1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amerika Ancam Tambah Patroli di Laut Cina

3 November 2015

Amerika akan kirim dua kapal perang lagi ke Laut Cina Selatan. Cina nilai patroli kapal perang AS ke dekat kepulauan Spratly adalah provokasi yang bisa picu perang. AS nyatakan tak takut perang dengan Cina.

https://p.dw.com/p/1GykC
Foto: Reuters/U.S. Navy

“Amerika akan kirim militernya kemanapun di pelosok dunia, selama hukum internasional mengizinkan. Kawasan Laut Cina Selatan juga tidak terkecuali,“ kata Admiral Harry B. Harris Jr. dalam kunjungannya ke Beijing, Selasa (03/11/15), sebagai komandan armada Pasifik. Harris menyatakan hal itu di hadapan mahasiswa Stanford yang sedang kuliah di Universitas Beijing. Harris juga menegaskan, operasi rutin Amerika jangan dianggap sebagai ancaman.

Sementara itu wakil kepala penasehat keamanan AS, Ben Rhodes, mengatakan sebelumnya, bahwa Amerika akan terus mendemonstarikan komitmen militernya menjaga hak navigasi bebas di kawasan. Washington akan mengirim dua kapal patroli tambahan per kuartal di kawasan 12 mil laut di sekitar kepulauan Spratly, untuk mengingatkan, bahwa kawasan perairan internasional dapat diakses bebas oleh semua orang.

Juga Admiral Harris menegaskan kembali klaim Amerika, dengan mengatakan kawasan laut dan udara internasional adalah milik semua orang dan tidak boleh didominasi oleh sebuah negara. Cina mengukuhkan klaimnya atas kepulauan yang diperebutkan dengan Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei itu dengan membangun pangkalan militer di dua pulau buatan.

Peta lokasi kepulauan Spratly di Laut Cina Selata
Peta lokasi kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan

Pekan silam, Cina melontarkan ancaman kepada AS, bahwa friksi kecil yang terjadi di Laut Cina Selatan bisa meledak jadi perang. Karena itu Beijing menyerukan dihentikannya provokasi militer di kawasan. Sebagai reaksi atas patroli kapal perang Amerika, Cina kini secara rutin lakukan patroli udara dengan pesawat tempurnya.

Cina mengklaim seluruh kawasan Spratly sebagai wilayah kedaulatannya secara tradisional. Para pengamat menyebutkan, Cina memiliki kepentingan besar di kawasan itu, terkait bisnis dan ekonominya. Transportasi komoditi dan energi global lewat perairan Laut Cina Selatan mencapai nilai 5 trilyun Dollar per tahunnya.

as/yf (rtr,afp,dpa)