1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Anak-Anak Jadi Korban Utama Perang di Suriah

Bettina Marx (as/yf)14 Maret 2015

Lebih 6,5 juta anak menderita akibat perang saudara di Suriah. Mereka mengalami aksi kekerasan, intimidasi, pelecehan, kelaparan dan penyakit. Puluhan ribu anak tewas, cacat badan, terusir dan alami trauma berat.

https://p.dw.com/p/1EqCN
Syrische Flüchtlinge an der Grenze zur Türkei bei Suruc 21.09.2014
Foto: picture-alliance/AP Photo/Burhan Ozbilici

Lebih 10.000 anak tewas dan puluhan ribu lainnya cacat akibat empat tahun berkobarnya perang saudara di Suriah. Sekitar 5,5 juta anak-anak berada dalam situasi darurat di Suriah. Lebih 2 juta diantaranya tidak memiliki akses ke sumber bantuan karena bermukim di kawasan perang atau daerah yang dikuasai milisi teror ISIS.

Jutaan anak lainnya terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga. Kondisi mereka di kamp pengungsian juga memprihatinkan. Jutaan anak mengalami trauma psikis dan fisik yang akan mereka tanggung seumur hidup. Demikian laporan lembaga bantuan anak-anak PBB UNICEF.

"Di Suriah terdapat sebuah generasi yang dipenuhi anak-anak yang cacat badan, trauma dan perlu dampingan psikolog serta bantuan fisik jangka panjang", lapor Hanaa Singer pimpinan Unicef di Damaskus. "Juga setelah konflik di Suriah berakhir, warisan dari perang saudara ini akan terus membebani masyarakat Suriah", kata Singer menambahkan.

Serangan sistematis dan terarah

Banyak anak-anak yang tewas atau cacat fisik akibat serangan yang diduga keras serangan sistematis dan terarah. "Kami mengetahui banyak penembak jitu secara terarah menyasar korban anak-anak. Juga banyak serangan sistematis dilancarkan ke sekolah-sekolah", kata direktur Unicef Christian Schneider.

Lebih lanjut Unicef melaporkan, dari 4.200 gedung sekolah yang ada di Suriah, lebih 20 persennya hancur. Sisanya sebagian digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi dan selebihnya dijadikan markas oleh para pihak yang bertikai. Lebih 50.000 guru tewas atau terpaksa mengungsi. "Jumlah ini mencakup separuh dari jumlah guru keseluruhan di Suriah", tutur Unicef.

Unicef juga melaporkan, banyak anak di kawasan yang dikusai teroris Islamic State harus menghadapi kekerasan psikis dan fisik dalam keseharian mereka. "Anak-anak di Raqqa di timur laut Suriah yang merupakan kubu pertahanan IS, kerap dipaksa untuk menonton video eksekusi penyembelihan atau penembakan para sandera", ujar Singar yang pimpinan Unicef di Damaskus.

"Itu bukan kisah perang dari abad pertengahan. Tapi realitas sehari-hari saat ini di Suriah", ujar Singer lebih lanjut. Hal ini menunjukkan dengan tegas, anak-anak di Suriah adalah korban utama yang samasekali tak bisa melawan dari perang brutal di negeri itu.