1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Temui Macron Bahas Reformasi Uni Eropa

16 Maret 2018

Presiden Perancis Emmanuel Macron sudah menunggu berbulan-bulan dengan gagasannya mereformasi Uni Eropa. Untuk itu, dia perlu dukungan penuh Kanselir Jerman Angela Merkel.

https://p.dw.com/p/2uQzD
EU Gipfel Macron Merkel
Foto: Getty Images/AFP/L. Marin

Setelah pemerintahan baru Jerman terbentuk, Angela Merkel bergerak cepat. Menteri Luar Negeri Jerman yang baru, Heiko Maas (SPD) langsung dikirim ke Paris pada hari yang sama begitu selesai dilantik. Sehari kemudian, Angela Merkel menyusul menemui Presiden Perancis Macron di kantornya.

Kanselir Jerman memboyong Menteri Keuangan Olaf Scholz, karena tema terpenting yang akan dibahas adalah sejumlah kebijakan fiskal di Uni Eropa. Perancis ingin agar Uni Eropa menggunakan anggaran lebih besar untuk menggerakkan ekonomi. Sementara Jerman hingga saat ini bersikap lebih hati-hati, karena Jerman adalah salah satu pennyandang dana Uni Eropa.

Menteri Keuangan Olaf Scholz sudah membuat pernyataan bahwa dia akan melanjutkan politik uang ketat yang diterapkan pendahulunya Wolfgang Schäuble. Kebijakan uang ketat Schäuble sudah sering dikritik oleh negara-negara lain di Uni Eropa, yang menganggap Jerman terlalu hati-hati dalam membiayai proyek-proyek besar dengan utang baru.

The French president's vision of Europe

Perlu investasi besar

Presiden Perancis Emmanuel Macron terutama mengusulkan agar anggaran investasi Uni Eropa ditingkatkan secara signifikan dan negara-negara anggota harus mengikuti haluan Uni Eropa. Sedangkan Jerman tetap berpegang pada prinsip bahwa politik fiskal adalah hak masing-masing negara anggota yang tidak bisa didikte oleh Uni Eropa.

Angela Merkel sendiri ditekan oleh partai-partai oposisi di Jerman, yang menuntut agar Jerman lebih dulu mengutamakan perekonomian nasional, ketimbang proyek-proyek besar Uni Eropa yang akan menyedot dana besar juga. Selama ini, Merkel berusaha bersikap moderat dan menjanjikan kontribusi Jerman "yang sepadan" di Uni Eropa.

Anggota fraksi konservatif di parlemen Eropa Daniel Caspary menerangkan, usulan Presiden Macron bahkan tidak terlalu populer di nearanya sendiri. "Kalau soal uang, orang Perancis juga akan berusaha menahannya," kata Caspari dalam sebuah wawancara di media. Dia mengatakan, yang dituntut Macron adalah kenaikan anggaran Uni Eropa tiga kali lipat dari sekarang.

Jerman dan Perancis harus bekerjasama

Sebagai poros utama Uni Eropa, Jerman dan Perancis mau tidak mau harus bekerjasama dan kengkoordinasikan langkahnya, kata Stefan Seidendorf, wakil direktur Institut Franco-Jerman di Ludwigsburg. Baginya, perbedaan pandangan yang sering muncul antara Perancis dan Jerman justru hal yang baik.

"Kerja sama dengan Perancis sangat berhasil karena Perancis secara tradisional adalah antitesis Jerman," kata Seidendorf. Ketika Jerman dan Perancis akhirnya mencapai sebuah kesepakatan, ini sering mengarah pada "kompromi yang juga bisa diterima oleh orang lain". Itulah nilai tambah dari hubungan khusus kedua negara ini, yang mencerminkan banyak konflik di Eropa sekaligus menawarkan kompromi untuk disetujui bersama.

Munculnya partai populis sayap kanan dan kalangan yang skeptis terhadap Eropa di berbagai negara, contoh terbaru adalah perkembangan politik di Italia, menuntut adanya kesepakatan baru, misalnya dalam politik migrasi. Posisi Angela Merkel yang tetap ingin membuka pintu lebar bagi pengungsi mendapat penolakan di sebagian besar anggota Uni Eropa. Untuk itu, Merkel perlu bantuan Perancis dan Presiden Emmanuel Macron yang cukup populer di kalangan Eropa.


christoph hasselbach/hp/  (dw)