1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Assad Arabische Liga

31 Oktober 2011

Siapa bisa menekan Bashar Al Assad agar menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri? Tuntutan Liga Arab agar panser ditarik dari jalanan, tak digubris Presiden Suriah itu.

https://p.dw.com/p/132a1
Bashar Hafiz al-AssadFoto: picture alliance/dpa

Teriakan mendukung pro Assad bergema di kawasan belanja Hamra di Beirut, ibukota Libanon. Hari Minggu lalu, juga minggu-minggu sebelumnya, para pendukung Assad berkumpul di depan kawasan belanja Hamra di Beirut, ibukota Libanon. Mengenakan T-shirt bergambar sang idola, mereka mengelu-elukan Presiden Suriah tersebut.

Bashar al-Assad masih punya pendukung, di dalam juga di luar negeri. Ini alasan mengapa posisinya begitu aman, walaupun perlawanan menentang rejimnya sudah memasuki bulan ke-8, kata Kamel Wasneh, pakar politik di Beirut.

"Assad tidak sendirian. Ia punya banyak pendukung di Timur Tengah, yang tidak akan tinggal diam apabila barat menyerang Suriah. Pendukung seperti Iran dan Irak, tapi juga Libanon, terutama Hisbollah, yang didukung Assad ketika Israel menyerang Libanon tahun 2006. Bagaimanapun Suriah juga berbatasan dengan Israel. Setiap intervensi terhadap Assad bisa berarti perang dengan Israel“, kata Wasneh.

Taktik lama

Tuntutan sebagian oposisi Suriah tentang zona larangan terbang atau bahkan intervensi militer, disambut Assad dengan serangan propaganda. Dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia, hari Minggu (30/10), Bashar Al Assad memperingatkan barat agar jangan campur tangan di Suriah dan mengancam, Timur Tengah akan membara, 10 kali lipat dari Afghanistan. Bersamaan dengan itu ia mengulurkan tangan kepada oposisi.

Syrien Protest vor EU Gebäude in Damaskus
Warga Suriah meneriakkan yel-yel pro-rejim di depan gedung UE, Damaskus (29/09/11)Foto: picture alliance/dpa

Taktik lama, tongkat dan wortel, yang sudah berbulan-bulan dimainkan dan tidak lagi mempan, seperti dikatakan Rim Turkmeni dari Gerakan Eksil bagi Perubahan Suriah.

"Kami menolak dialog dengan rejim, kami tidak percaya pada reformasi yang dibicarakan Assad. Kediktatoran otokratis Assad tidak bisa direformasi. Kami hanya mau duduk bersama dia untuk membicarakan bagaimana mengakhiri tekanan terhadap rakyat, yang semakin mendorong pada perang saudara. Kita bisa merundingkan pergantian kekuasaan secara damai demi Suriah yang bebas dan demokratis. Dimana setiap orang, termasuk partai Bath yang dipimpin Assad, boleh ikut pemilu. Dan kita akan lihat, siapa yang menang“, kata Turkmeni.

Suriah bukan Libya

Suriah masih jauh dari harapan semacam itu. Oposisi melaporkan 60 warga sipil tewas dalam tiga hari terakhir, juga 30 tentara. Sebuah isyarat bahwa bentrok senjata antara kedua pihak semakin intensif.

Liga Arab mengundang wakil pemerintah Suriah ke Katar, hari Minggu (30/10) dan menyampaikan tuntutan agar panser ditarik dari jalanan dan pemerintah berdialog dengan pemrotes. Tuntutan itu kembali ditampik Assad.

Seperti negara-negara barat, liga beranggotakan 22 negara Arab itu pun tidak punya senjata untuk menghadapi Assad. Hal ini pun diakui Sekjen NATO Anders Fogh Rassmussen hari Senin (31/10) yang mengukuhkan, intervensi tak ada dalam diskusi. Atau seperti ditekankan Bashar Al Assad, Suriah bukan Libya.

Assad Leidholdt/ Renata Permadi

Editor: Marjory Linardy