1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arti Politik Genderuwo Bagi Jokowi

9 November 2018

Istilah "politik genderuwo" meramaikan media sosial setelah pernyataan Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Tegal, Jawa Tengah. Bagaimana mitos Jawa bisa menggambarkan perilaku politik?

https://p.dw.com/p/37wSM
Indonesien Präsident Joko Widodo in Einkaufszentrum in Jakarta
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Setpres

Menurut wikipedia, genderuwa atau generuwo dalam bahasa Jawa, adalah mitos Jawa tentang sejenis jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh.

Presiden Joko Widodomenggunakan istilah genderuwo untuk menggambarkan perilaku berpolitik tak beretika yang menebar ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Menurut Jokowi "politik genderuwo" adalah politik yang menakut-nakuti.

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, menakut-nakuti," ujar Jokowi.

"Jangan sampai seperti itu. Masyarakat ini senang-senang saja kok ditakut-takuti. Iya tidak? Masyarakat senang-senang kok diberi propaganda ketakutan. Berbahaya sekali. Jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian, menciptakan munculnya keragu-raguan." 

Pernyataan Presiden soal kesantunan yang dirasa menghilang dari sejumlah perilaku berpolitik tersebut disampaikan di Gelanggang Olahraga Tri Sanja, Tegal, Jumat (9/11).

Sebelumnya, Jokowi juga mengungkit pentingnya kegembiraan dalam berdemokrasi. Hal ini, menurutnya, hanya dapat dicapai dengan cara-cara yang sesuai dengan kesantunan yang menjadi ciri khas bangsaIndonesia.

"Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu (santun). Oleh sebab itu, sering saya sampaikan: hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan," ujar Presiden.

vlz/yf (BPMI)