1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa Yang Diprotes Demonstran di Brasil?

Jan D. Walter21 Juni 2013

Awalnya aksi protes digelar menentang kenaikan tarif angkutan umum. Namun kemudian meluas menjadi aksi menentang korupsi, kenaikan harga dan pemborosan anggaran.

https://p.dw.com/p/18tWK
Demonstrators in Rio de Janeiro's sister city, Niteroi, Brazil, June 19, 2013.
Protes BrasilFoto: picture alliance/AP Photo

Masyarakat Brasil dikenal sebagai masyarakat penggemar sepakbola. Tapi kenaikan harga dan kekecewaan masyarakat terhadap para politisi menyulut aksi protes besar-besaran. Banyak yang mengeritik penyelenggaraan Piala Dunia yang dianggap menelan biaya terlalu besar. Sementara banyak sekolah dan rumah sakit yang kekurangan dana.

Bahkan para pemain tim nasional sepakbola Brasil menyatakan solidaritas kepada para demonstran. "Mari berbaris bersama. Saya cinta rakyat Brasil dan akan tetap mendukung kalian", tulis pemain belakang Brasil Dante yang bermain untuk Bayern München.

Kekecewaan Besar

Aksi protes terutama digelar di kota-kota besar seperti Brasilia, Sao Paolo dan Rio de Janeiro. "Setiap demonstran punya alasannya sendiri", kata Marcello Feller, seorang pengacara dari Sao Paolo. Bersama dengan 1800 pengacara lain di seluruh Brasil, ia menjadi pengacara untuk demonstran yang ditangkap. "Orang-orang memprotes mahalnya harga kebutuhan sehari-hari, mismanajemen, dan korupsi, terutama dalam persiapan Piala Dunia", kata Feller.

Pakar sosiologi Candido Grzybowski mendukung pernyataan itu. "Yang protes terutama anak muda. Bukan orang miskin, atau kaya, tapi kalangan menengah." Grzybowski memimpin institut penelitian sosial "Ibase" di pusat kota Rio de Janeiro. Di depan kantornya sering digelar aksi protes. Ada yang membawa spanduk: "Apakah anak saya bisa belajar di stadion Maracana". Banyak warga Brasil menganggap, pembangunan stadion sepakbola menghabiskan terlalu banyak uang, padahal dana untuk pendidikan kurang.

Demonstrators against poor public services, police violence and government corruption, in Sao Paulo June 18, 2013.
Aksi Protes di kota metropolitan Sao PaoloFoto: Reuters

Pemborosan Pemerintah

Stadion Maracana di Rio de Janeiro adalah stadion terbesar di Brasil. Untuk perbaikan stadion itu menjelang Piala Dunia 2014 tadinya dianggarkan 230 juta Euro. Ternyata biaya membengkak sampai 360 juta Euro. Sejak Mei, perusahaan Eike Batista dan Odebrecht mendapat hak mengelola stadion itu selama 35 tahun, dengan membayar sewa hanya 65 juta Euro.

Mismanajemen semacam ini yang membuat rakyat Brasil marah. Mereka menganggap, pemerintah tidak peduli terhadap nasib rakyat dan membuang-buang uang. Selain itu, pemerintah sedang menyiapkan undang-undang yang memangkas wewenang kejaksaan dalam pengusutan korupsi. Pemeriksaan korupsi menurut rencana akan diserahkan ke kepolisian. Padahal polisi adalah lembaga yang dianggap paling korup di Brasil.

Bom Waktu Sosial

Brasil memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan selama 15 tahun terakhir. Banyak penduduk miskin yang bisa menikmati kehidupan lebih baik. Tapi belakangan inflasi melonjak. Harga-harga naik, terutama harga bahan makanan. Banyak orang tidak mampu mempertahankan standar hidupnya.

"Politik sosial yang dijalankan tidak memenuhi kebutuhan yang sebenarnya," kata Grzybowski. Misalnya banyak dibangun rumah susun baru, tapi banyak orang tidak mau tinggal di rumah susun. Di lain pihak, standar pendidikan di sekolah sangat rendah. Pelayanan kesehatan hanya ada untuk mereka yang punya banyak uang.

Sarana transportasi umum makin lama makin terbengkalai. Setiap hari, transportasi umum lumpuh karena macet dan jalan rusak. Ketika beberapa kota memutuskan kenaikan tarif transportasi umum, banyak orang marah dan menggelar protes. Pemerintah berusaha menenangkan situasi. Tapi kemarahan publik sudah terpendam cukup lama.