1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

110610 BP Image Börse

14 Juni 2010

Bencana lingkungan di Teluk Meksiko bukan saja membuat BP mengeluarkan dana sangat besar, tapi juga merucak citra perusahaan minyak ini. Nilai saham BP saat ini berada pada titik terendah sejak 14 tahun terakhir.

https://p.dw.com/p/NqYG
Usaha untuk membersihkan laut dari tumpahan minyak dengan menggunakan kapalFoto: AP

Pemerintah Inggris dengan was-was mengamati anjloknya saham perusahaan minyak Inggris BP. Selama ini, pemerintah Inggris menahan diri dengan asalan, ini adalah masalah yang dihadapi perusahaan BP, sehingga perusahaan itulah yang harus mencari solusinya. Tapi belakangan London mulai beranggapan bahwa Washington mendengung-dengungkan sentimen anti-Inggris.

Walikota London yang konservatif Boris Johnson mengatakan, "Ini buruk bagi negara kita, jika sebuah perusahaan dikecam habis-habisan dan dirusak nama baiknya tanpa alasan. Publik ingin agar hujatan dan sikap menyalahkan ini segera dihentikan. Seharusnya, kita fokus pada upaya untuk mengatasi kebocoran sumur minyak dan dampaknya."

Tapi, pada kenyataannya, situasi saat ini sudah tidak terkendali. Pemilik saham BP berbondong-bondong melepas surat berharga BP. Nilai saham tersebut tinggal separuh dari harga aslinya. "Kurs saat itu terlalu rendah, perkembangan ini buruk bagi masa depan BP," demikian ujar Robert Talbot yang bekerja bagi perusahaan investasi Royal London Asset Management.

Talbot tak terlalu merujuk pada situasi keuangan BP. Selama bertahun-tahun perusahaan minyak ini meraup untung miliaran Dollar, sehingga BP mampu membayar ganti rugi 30 miliar Dollar tanpa terancam bangkrut. Tapi pernyataan publik Presiden Amerika serikat Barack Obamalah yang menyebabkan nilai saham BP semakin anjlok. Obama menuntut agar BP juga membayarkan dana kompensasi kepada pekerja perusahaan minyak yang menganggur akibat moratorium penggeboran minyak lepas pantai di Teluk Meksiko.

Tuntutan Obama inilah yang dinilai terlalu berlebihan oleh pihak Inggris. Perdana Menteri Inggris David Cameron seharusnya mendesak Presiden Obama untuk menghentikan kampanye negatif terhadap BP, kata bekas duta besar Inggris unutk AS Christopher Meyer. Ia menambahkan, " ...bahwa kelangsungan hidup perusahaan ini ada kaitannya dengan kepentingan jangka panjang Inggris, ini menyangkut kepentingan nasional. Kami menginginkan lebih sedikit pernyataan publik dari pihak AS. Karena itu berdampak langsung pada kurs saham dan nilai perusahaan."

Pialang saham AS bahkan mulai berspekulasi bahwa anak perusahaan BP di Amerika Serikat mungkin menjadi korban pengambilalihan paksa. Ini tentu membuat panik para manula di Inggris yang memiliki saham BP. Sebagian dana pensiun Inggris ditanamkan dalam surat berharga BP. Jika dividen perusahaan minyak Inggris tersebut lenyap, maka jutaan warga manula Inggris merasakan imbasnya.

Sebenarnya, Amerika Serikat dan Inggris memiliki hubungan yang istimewa. Mengapa hubungan ini tidak melindungi Inggris dari skenario terburuk? Politisi konservatif Michael Horward mengakui, hubungan Amerika Serikat dan Inggris juga tak lepas dari berbagai ketegangan.

Horward yang entusias mendukung hubungan dekat antara Amerika Serikat mengingatkan:"... untuk menyadari bahwa ada sejumlah isu lainnya yang perlu dibahas. Ketegangan ini janganlah dibiarkan berkembang menjadi jurang pemisah."

Barbara Wesel/Ziphora Robina
Editor: Yuniman Farid