1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sulitnya Medan Hambat Perburuan Santoso

12 April 2016

BNPT mengaku kesulitan dalam menangkap kelompok teror Santoso alias Abu Wardah di hutan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.

https://p.dw.com/p/1ITcN
Indonesien Sulawesi Poso Polizei Schießerei mit Santoso Rebellen
Foto: Imago/ZUMA Press

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jendral Tito Karnavian menceritakan sulitnya medan merupakan salah satu hambatan dalam memburu dalam pencarian kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Abu Wardah.

"Medannya berat, atau tanya teman kontributor kamu di sana, dia akan tahu bagaimana Poso itu, seperti 'mencari jarum dalam tumpukan jerami', luar biasa tebalnya," demikian dikatakannya, dilansir dari situs berita Kompas.

Dipaparkannya lebih lanjut: "Faktanya saya dua tahun operasi disana 2005-2007, ratusan sudah saya tangkap. Itu medannya berat sekali. Dulu mereka (kelompok Santoso) main di kota, sekarang main di hutan."

Lolos dari kepungan

Menurut Tito, pegunungan Poso ingin dimanfaatkan oleh kelompok Santoso untuk dijadikan sebagai cikal bakal dalam menguasai kawasan.

Pasukan satuan tugas Operasi Tinombala Poso yang terdiri dari TNI-Polri sudah bergeser ke beberapa titik pencarian baru di hutan pegunungan Poso, setelah diduga Santoso dan kelompoknya lolos dari kepungan pasukan keamanan.

Sebelumnya kelompok teroris itu terkepung di kawasan Napu, Lore Piore dan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Di lokasi ini sempat terjadi kontak tembak antara aparat dan sejumlah besar anggota kelompok Santoso.

Dilansir dari situs CNN Indonesia, di dataran rendah Poso masih terdapat simpatisan kelompok Santoso, yang merupakan rekan-rekannya dalam konflik Poso tahun 1998-2001 silam. Dikatakan Tito Karnavian, aparat mengantisipasi kemungkinan mereka bergabung dengan Santoso cs. guna memperkuat pagar betis.

Sementara di dataran tinggi, kelompok ini masih belum mempunyai simpatisan, namun kemungkinan ada masyarakat dari konflik masa lalu yang mendukung kelompok ini.

Belum perlu bantuan Amerika

Sementara itu, dilansir dari Beritasatu, Kepala kepolisian Sulawesi Tengah Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi mengatakan: "Kami tetap lakukan deteksi di lapangan sehingga ada pergeseran-pergeseran pasukan." Ditambahkannya, operasi teknis di lapangan tidak sepenuhnya diungkap ke media, untuk menghindari tersebarnya informasi kepada para simpatisan kelompok tersebut.

Meski mengalami kesulitan dalam penangkapan Santoso dan kelompoknya, Indoensia belum memerlukan bantuan Amerika Serikat. Dikatakan Tito Karnavian saat ditanyakan wartawan mengenai hal tersebut: "Saya kira secara pribadi, pasukan sudah cukup. Tidak perlu (bantuan Amerika Serikat), kita masih bisa atasi. Dulu saya bisa atasi saat 2005-2007," pungkasnya dengan yakin.

Pengamat masalah terorisme Noor Huda Ismail mengungkapkan, dalam menangani kasus Santoso, sebaiknya pemerintah melibatkan masyarakat sipil. Lengkapnya simak dalam kolom opini: Memburu Santoso, Menyibak Konflik Poso.

ap/rzn (beritasatu//tribun/cnnindonesia/kompas)