1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arab Saudi: Razia Buruh Migran, Lindungi Buruh Lokal

6 November 2013

Banyak pekerja tinggal di jalan-jalan menghindari razia. Ribuan lainnya pulang, setelah Arab Saudi mengancam menindak para pekerja ilegal. Sebuah langkah yang dilihat sebagai upaya proteksi atas pekerja lokal.

https://p.dw.com/p/1ACzx
Foto: Fotolia

Setelah tujuh bulan peringatan, razia besar-besaran di seluruh negeri atas pekerja asing mulai digelar pekan ini – melibatkan 1.200 petugas kementerian tenaga kerja – menyisir toko-toko, lokasi pembangunan gedung, restoran dan perkantoran.

Lebih dari 4.000 orang ditangkap sebagai bagian dari operasi penggerebekan, demikian dikatakan pejabat setempat. Para pengamat melihat upaya ini lebih dari sekedar untuk menegakkan hukum.

Banyak warga Saudi menganggur

Itu lebih mencerminkan dorongan yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan atas tenaga kerja asing di Arab Saudi. Sebagaimana negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Kuwait, Arab Saudi aktif mendukung usulan untuk membuka lebih banyak lapangan kerja bagi warga mereka sendiri, karena cemas melihat kronisnya masalah pengangguran diantara warga mereka sendiri.

“Kami ingin lebih banyak laki-laki dan perempuan Saudi untuk bekerja di sektor swasta dan pemerintah,“ kata wakil menteri tenaga kerja Mufrej Al-Haqbani kepada para wartawan menjelang berakhirnya masa “pengampunan“ bagi sekitar 1,5 juta tenaga kerja asing – yang mengisi sekitar 16 persen dari total angkatan kerja – yang diduga melanggar aturan tenaga kerja dengan meninggalkan sponsor yang mengirim mereka, masuk secara ilegal atau tinggal dan bekerja di negara itu setelah melakukan ibadah haji di Mekkah. Para pekerja diberi batas waktu hingga Senin lalu untuk mematuhi aturan atau ditangkap dan dideportasi.

Tak seperti di banyak tempat lain di Teluk, warga Saudi berpenghasilan rendah bersedia mengisi jenis-jenis pekerjaan yang selama ini diisi oleh pekerja migran dari India, Mesir, Pakistan dan Filipina, meski mungkin tidak dengan upah murah yang sama.

Satu dari sepuluh warga Arab Saudi menganggur. Persentase itu telah berlangsung selama beberapa tahun, menurut data International Monetary Fund (IMF). Pengangguran diantara warga yang berumur di bawah 30 tahun – sekitar dua pertiga dari total jumlah penduduk – atau tiga kali lipat rata-rata nasional.

Berjuang mengatasi pengangguran

Arab Saudi telah menjanjikan 120 miliar dollar untuk menciptakan lapangan kerja, pemutihan hutang, menaikkan gaji di sektor pemerintahan dan program sosial yang bisa membantu anak-anak muda membeli rumah, sebuah syarat dalam tradisi Arab agar bisa menikah. Mereka juga mempercepat program “Saudinisasi“, yang mendesak kalangan pelaku usaha untuk memastikan bahwa paling sedikit 10 persen tenaga kerja asal Arab Saudi akan mengisi angkatan kerja.

Tapi angka menunjukkan lain. Hanya satu per tiga dari 7 juta lowongan kerja yang tercipta selama sepuluh tahun terakhir yang terisi oleh orang Arab Saudi. Laporan harian The National yang berbasis di Abu Dhabi mengatakan paling sedikit 51 juta lapangan kerja baru dibutuhkan pada tahun 2020 untuk menghindari naiknya pengangguran diantara negara-negara Teluk.

Penggerebekan tenaga kerja ilegal bisa jadi akan mengurangi pekerja asing, tapi langkah ini tidak bisa secara langsung menjawab isu yang lebih dalam terkait banyaknya tuduhan penyiksaan terhadap tenaga kerja asing yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga serta aturan ketenagakerjaan yang selama ini mendapat kritik keras dari kelompok hak asasi manusia.

ab/hp (afp,ap,rtr)