1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Arsitektur Jerman Mengedepankan Kesederhanaan

Putra Andhika Nugraha
7 Januari 2020

Berawal dari sebuah perjalanan dengan keluarganya ke suatu kota di benua biru, arsitektur dan tata kota yang unik membuat Sarahvaty Azizah Hartono takjub dan memutuskan untuk berkuliah arsitektur di Jerman.

https://p.dw.com/p/3Vl5S
Sarah aus Indonesien studiert in Deutschland
Foto: DW/P. Nugraha

Dalam hal membangun suatu bangunan, Jerman dengan empat musimnya memiliki standar bangunan yang berbeda. Gedung perkantoran dan tempat tinggal memiliki pemanas hampir di setiap ruangan di dalam gedung, tentunya air panas untuk mandi menjadi suatu kewajiban di dalam rumah di negara-negara yang memiliki musim dingin.

Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan di Indonesia, negara subtropis dengan hanya dua musim. Namun di Indonesia, hampir di setiap gedung perkantoran dilengkapi dengan pendingin udara. Sarah Azeeza Hartono adalah mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan jurusan Arsitektur di Hochschule Darmstadt.

Perbedaan dalam membangun struktur bangunan yang dikarenakan perbedaan musim di tempat Sarah berasal dan tempat Sarah menempuh perkuliahan jurusan Arsitektur menjadi salah satu dari banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Ingin tahu apa saja langkah yang harus dilalui bila ingin kuliah Arsitektur di Jerman?

Hal utama yang harus diketahui, pendidikan S1 di Jerman sebagian besar menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa pengantar. Hal ini mewajibkan siapa pun yang ingin berkuliah S1 di Jerman untuk menguasai bahasanya.

Selain itu, calon mahasiswa dari Indonesia juga harus mengikuti Studienkolleg atau program pra-kuliah selama dua semester, dimana calon mahasiwa akan mengulang pelajaran tahun terakhir SMA dalam bahasa Jerman. Program ini bertujuan untuk mengasah kemampuan bahasa Jerman sebelum dapat masuk ke perguruan tinggi atau universitas yang diinginkan.

Beberapa universitas dan perguruan tinggi di Jerman mewajibkan para calon mahasiswa untuk memiliki pengalaman kerja sekurangnya delapan minggu di bidang yang berkaitan dengan jurusan yang mereka inginkan. Tergantung jurusan dan kebijakan kampus, biasanya syarat magang ini harus dipenuhi sampai akhir semester ketiga.

Bila syarat ini tidak dapat terpenuhi, mahasiswa akan dieksmatrikulasi. Jurusan Arsitektur tidak terkecuali, dengan banyaknya ilmu praktis yang akan dipelajari mahasiswa di perkuliahan, syarat magang ini akan sangat membantu para calon mahasiswa untuk mempelajari dan mengenal teknik dasar hingga cara menggunakan perkakas sebelum kuliah formal dimulai.

Sarah kebingungan mencari kata yang cocok untuk menggambarkan pengalamannya selama sepuluh minggu di suatu konstruksi bangungan di suatu daerah di Frankfurt am Main, kata yang terlintas pertama kali, "Ya kita selama sepuluh minggu jadi kuli bangunan," ujar Sarah dengan nada bercanda. 

Perbedaan Arsitektur di Jerman dan Indonesia

Selain struktur bangunan yang berbeda karena harus menyesuaikan dengan musim yang ada, Sarah merasa ada perbedaan tersendiri dari tampak luar bangunan di kedua negara tersebut. Ia merasa di Indonesia, kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia tercermin pada bangunan di kampung halamannya. Masing-masing daerah memiliki bangunan adat yang berbeda, hingga kadang bangunan modern juga masih mencoba untuk memadukan elemen-elemen tradisional.

Beberapa kota besar di Jerman hampir rata dengan tanah pada masa Perang Dunia II. Dengan terbatasnya tenaga kerja pada saat itu dan mengedepankan efisiensi, Jerman mencoba membangun kota-kotanya dengan mengadopsi konsep simplicity (kesederhanaan). Ini menjadi konsep arsitektur yang marak digunakan untuk perkantoran dan gedung pemerintahan setelah PD II.

Sarah menekankan, bahwa "studi arsitektur itu tidak semata-mata tentang membangun bangunan saja, tapi juga bagaimana suatu bangunan itu dapat membawa dampak positif bagi orang-orang dan lingkungan sekitarnya, dan pastinya tidak merusak lingkungan." (pn/rap)

 

*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal YouTube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.