1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arti Penting Hutan

18 Februari 2011

Hutan dianggap sebagai tempat yang paling penting dalam hal keanekaragaman hayati dan iklim.

https://p.dw.com/p/10JoR
Hutan di BrazilFoto: AP

Sekitar sepertiga dari daratan bumi, atau 3,9 milyar hektarnya ditutupi hutan. Hutan merupakan sumber energi energi dan mineral dan merupakan rumah dari berbagai spesies flora dan fauna juga sebagai penyerap CO2. Tetapi, setiap tahun 13 juta hektar hilang.

Hutan di dunia merupakan landasan alami dari sebagian besar penduduk dunia. Hutan dianggap sebagai tempat yang paling penting dalam hal keanekaragaman hayati dan iklim. Sementara untuk iklim, keanekaragaman hayati atau juga padang pasir ada konvensi hukum yang mengikat guna melindunginya dalam level internasional, tetapi hutan tidak memiliki konvensi perlindungan sendiri. Oleh karena itu, secara mendesak hutan membutuhkan lobby kuat, begitu menurut Astrid Deilmann dari organisasi konservasi WWF. Tahun Hutan PBB ini akan menyoroti hutan dan mencari upaya upaya efektif untuk melindungi sumber penting tersebut: "Hutan-hutan ini memberikan kita banyak keuntungan yang tidak terhingga. Hutan memproduksi oksigen, ia juga menyerap karbondioksida, menyimpan air, melindungi kita dari banjir, dan mencegah tanah dari erosi. Hutan juga memberi banyak materi yang kita butuhkan sehari hari seperti kayu, kertas dan hutan sangat penting bagi keanekaragaman hayati."

Menurut perkiraan ilmiah, jasa hutan yang tidak terhingga dan bahan baku yang didapat dari hutan, nilainya sekitar 750 Euro per hektar setahunnya. Walau begitu, tetap saja hutan dibabat dalam skala besar. Astrid Deilmann memaparkan latar belakangnya: "Kita mengeksploitasi hutan terlalu banyak dan salah. Misalnya karena pola konsumsi, kita menggunakan terlalu banyak kayu, terlalu banyak kertas, kita selalu membutuhkan lebih banyak lahan, selalu lebih banyak hutan yang dikonversi menjadi perkebunan dan tanah pertanian. Hutan harus mengalah pada pembangunan infrastruktur dan pemukiman. Ada juga pembakaran hutan, ini juga berdampak pada iklim."

Meningkatnya konsumsi daging, yang menuntut lahan luas guna produksi ternak, seperti juga meningkatnya kebutuhan bioenergi menyebabkan terus menurunnya luas hutan. Pakar hutan dari dinas perlindungan alam Jerman, Anke Holtermann mengatakan perkebunan bukan pengganti hutan: "Kami berkomitmen dalam konservasi hutan primer, yaitu hutan, yang sama sekali tidak diubah fungsinya, tetapi kami juga memastikan bahwa pemanfaatan hutan yang dikelola secara alami lebih stabil terhadap perubahan iklim yang lebih tahan terhadap pengaruh eksternal . Dalam monokultur seperti dalam perkebunan, jelas hal itu tidak terjadi. Ini terfokus pada kepentingan ekonomi jangka pendek tapi ekologi juga berperan memainkan nilai nilai lainnya dimana hutan bagi manusia, memiliki kinerja ekosistem , hal tersebut tidak memainkan peran."

Hoeltermann menambahkan, status hutan pada level internasional sangat berbeda. Kawasan hutan terbesar menghilang justru di daerah tropis yang paling kaya keragaman spesiesnya: "Penurunan kawasan hutan paling signifikan yang harus diamati terjadi di Asia Tenggara, di negara negara Afrika dan Amerika Selatan. Di negara negara lain seperti Cina dan India, juga kami perhatikan sebaliknya ada kenaikan pada luas kawasan hutan. Diakui, hilangnya kawasan hutan menciptakan ancaman bagi manusia. Gurun pasir meluas begitu juga kinerja ekosistem tertentu tidak dapat dimanfaatkan, menimbang hal tersebut penghutanan kembali belakan ini semakin gencar dilakukan di berbagai negara."

Masalah utama di banyak negara berkembang dan ambang industri adalah tidak memperhitungkan perlindungan hutan bagi penggunaan lahan. Penggunaan bagi pertanian dan peternakan atau permbangunan industri sering dilihat secara jangka pendek. Disini para ahli dan organisasi lingkungan berharap pada kerangka perlindungan iklim internasional. Proyek REDD yang berdampak pada penurunan emisi, deforsetasi dan penyalahgunaan hutan seharusnya menjadi bagian dari iklim perjanjian berikut pada tahun 2013: "Untuk pertama kalinya kita memiliki peluang, bahwa unsur karbon yang terkait dengan hutan, juga dihitung nilai ekonominya . Dan juga dalam jangka menengah, hendaknya perlindungan dan pengelolaan hutan yang ekonomis merupakan pilihan pemanfaatan lahan yang menarik bagi masyarakat setempat."

Meningkatnya kesadaran menyangkut fungsi utama hutan dalam perlindungan iklim dapat menyelamatkan paru paru planet bumi. Bila perundingan mekanisme REDD dapat berjalan sukses dan insentif keuangan yang cukup tinggi ini akan bermanfaat bagi negara negara yang kaya hutan, untuk melindungi hutannya sekaligus menghentikan pembabatan huta.

Irene Quaile / Miranti Hirschmann

Editor : Agus Setiawan