1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Coba Redam Dampak Video Skandal

13 Januari 2012

Menteri Pertahanan Panetta berjanji akan menyeret ke pengadilan serdadu yang bertanggung jawab dalam kasus video penghinaan jenazah.

https://p.dw.com/p/13j13
Serdadu AS yang ditugaskan di AfghanistanFoto: dapd

Keaslian video yang dipublikasikan lewat Youtube itu tidak diragukan lagi. Dua dari empat serdadu Amerika Serikat yang mengencingi jenazah warga Afghanistan yang tewas, sudah dipastikan anggota pasukan elit angkatan laut “Scout Sniper Team-4“, yang bermarkas di North Carolina. Yang belum diketahui, apakah warga Afghanistan yang tewas itu anggota Taliban atau warga sipil biasa.

Bahayakan Pasukan AS

Menteri Pertahanan Leon Panetta menyatakan, tindakan serdadu AS itu sebagai tidak manusiawi. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan, mendukung tindakan keras sesuai hukum perang maupun hukum pidana yang akan diambil oleh Panetta. "Saya menyetujui sikap Panetta, dan mengutuk tindakan serdadu AS dalam video itu,“ ujar Clinton.

US-Verteidigungsminister Leon Panetta
Menteri Pertahanan AS Leon PanettaFoto: Reuters

Tindakan empat serdadu AS, yang di depan kamera melakukan aksi penghinaan jenazah warga Afghanistan, terlepas dari apakah itu anggota Taliban atau bukan, akan membahayakan nyawa semua serdadu AS yang bertugas di Afghanistan. Pakar militer AS, Sebastian Junger, mengungkapkan dampak negatif yang dapat terjadi: “Video ini akan memotivasi kaum muda Afghanistan bergabung dengan Taliban.“

Sorotan terhadap Militer AS

Sebastian Junger, yang merupakan pakar militer sekaligus pembuat film dokumentar, selama beberapa minggu mengikuti misi para penembak jitu angkatan laut AS di Afghanistan. Disebutkannya, banyak serdadu yang bertugas berusia di bawah 20 tahun, dan tumbuh dalam atmosfir yang diciptakan para politisi AS setelah serangan 11 September 2001. Para serdadu muda itu berpendapat, menyiksa teroris dalam kondisi tertentu dapat dibenarkan.

Kini di media massa AS semakin gencar didiskusikan pertanyaan, apakah militer AS dalam penugasannya di Irak atau Afghanistan, dalam beberapa tahun terakhir ini, mengembangkan budaya penyalahgunaan kekuasaan? Indikasinya, pekan ini seorang komandan regu angkatan laut didakwa di pengadilan, membunuh 24 warga sipil Afghanistan yang tidak bersenjata, kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Pada tahun 2011, 11 serdadu AS yang dijuluki sebagai regu pembunuh, divonis hukuman penjara, karena membunuh semena-mena tiga warga sipil Afghanistan. Mereka berpose dengan jenazah itu, dan fotonya dikirimkan kepada teman atau keluarga di AS.

Hubungan Bilateral Semakin Terganggu

Panetta und Karzai in Kabul
Panetta saat bertemu Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul, Rabu (14/12/11)Foto: dapd

Pensiunan Mayor Jenderal James Marks berusaha melakukan pembelaan, dan mengatakan, penugasan di medan perang memicu banyak emosi dan adrenalin. Kenyataannya, berdasarkan hasil pemeriksaan internal militer AS, banyak serdadu Amerika yang ditugaskan di Afghanistan mengkonsumsi narkoba berbahaya. Biasanya campuran antara opium, ganja serta obat perangsang dan obat tidur. Tujuannya, untuk melupakan pengalaman mengerikan.

Pakar militer Junger menjelaskan penyebabnya, “Penembak jitu adalah tugas amat berat, karena harus membunuh seseorang yang dapat mereka lihat dari jarak jauh.“

Bagi pemerintah AS, publikasi video skandal itu terjadi pada waktu yang amat riskan, yakni di saat hubungan antara pemerintahan Barack Obama dengan pemerintahan Hamid Karzai berada pada situasi amat tegang. Juga di saat milisi Taliban bertempur sengit, untuk merebut kawasan dan gengsi, untuk dapat meningkatkan posisi tawar-menawar dalam perundingan dengan Amerika.

Ralph Sina/Agus Setiawan, Editor: Marjory Linardy