1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS kecewa terhadap PM Irak

26 Juli 2006

Di Washington, Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki diterima secara protokoler.

https://p.dw.com/p/CPD4
President AS George W. Bush (kanan) dan PM Irak Maliki (kiri)
President AS George W. Bush (kanan) dan PM Irak Maliki (kiri)Foto: picture-alliance/dpa

Berjalan menuju Konferensi Pers, kedua kepala negara Irak dan Amerika Serikat melewati barisan pasukan elit yang berdiri di muka deretan bendera. Presiden AS, George W Bush tidak puas dengan kecaman Al-Maliki terhadap aksi militer Israel di Lebanon. Selain itu, Al-Maliki dinilai gagal mengamankan situasi. Enam minggu yang lalu, Al-Maliki melancarkan ofensif pengamanan di Irak. Sekarang Amerika Serikat terpaksa menambah pasukan guna memerangi militan Sunni dan Shiah yang sampai sekarang menyebabkan sedikitnya 100 orang korban se hari. Ketidak puasan ini tidak muncul dalam kata sambutan Bush:

George W. Bush:

"Banyak orang bertanya apakah ada peluang bagi demokrasi di Timur Tengah, wilayah yang sekarang dilanda kekerasan. Rakyat Irak telah memberikan jawaban. Mereka telah banyak berkorban untuk mencapai kemerdekaan dan telah memilih pemimpin, yang harus mengambil sejumlah keputusan berat. Bapak Perdana Menteri, Andalah pemimpin itu, selamat datang di Gedung Putih".

Pun Kongres Amerika Serikat tidak menarik kembali undangan ceramah di lembaga itu. Walaupun tercatat, juru bicara Kongres AS, Dennis Heather sempat mengimbau agar Al-Maliki membatalkan ceramahnya. Tampaknya berbeda dengan sambutan hangat dari Kongres AS di tahun 2004, kali ini Al-Maliki menghadapi sambutan dingin. Bahkan sejak awal kunjungan, para pengamat memprediksi Al-Maliki bakal dihujani pertanyaan kritis setelah ceramahnya. Bukan saja pertanyaan tentang peluang bagi demokrasi, melainkan tentang kemampuan pemerintahnya mengatasi perang saudara di Irak. Sementara baik Presiden Bush maupun Perdana Menteri Al- Maliki selalu menepis kritik bahwa di Irak terjadi perang saudara. Masalahnya bila hal itu diakui, kesimpulannya adalah Irak masih jauh dari kebebasan, perdamaian dan demokrasi. Menurut mantan penasehat Presiden AS, David Gergen kondisi Irak saat ini menunjukkan kegagalan politik Bush.

David Gergen:

"Jarang sekali ada dua orang pemimpin politik yang begitu tergantung satu sama lain. Al Maliki tidak bisa berkutik tanpa Bush. Di pihak lain, Bush bergantung pada kemampuan pemerintahan Irak untuk keberhasilan politiknya."

Suara sumbang semakin keras di Washington. Senator Harry Reid dari partai Demokrat yang beroposisi menyampaikan kritikan keras.

Harry Reid:

"Kami menginginkan seseorang, yang bersama kami bisa memecahkan masalah Irak. Kepercayaan saya pada Maliki luntur, bila ia tidak cepat mengecam aksi militan Hisbullah."

Sementara banyak orang lain, bukan saja kehilangan kepercayaan pada pemerintahan Irak, melainkan juga pada pemerintahaan Amerika Serikat saat ini. Seperti Zbigniew Brzezinski, penasehat keamanan nasional AS di zaman pemerintahan Carter, Brzrezinski menilai Amerika serikat masuk ke Irak, tanpa perencanaan matang mengenai masa setelah kemenangan militer.