1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asal Mula Nama Jalur Sutra

Marc von Lüpke8 April 2013

Ferdinand von Richthofen melakukan revolusi ilmu pengetahuan mengenai Cina. Pakar geografi Prusia itu juga memberi nama rute perdagangan antara Cina dan Eropa, Jalur Sutra.

https://p.dw.com/p/18BmN
A woman poses for pictures at a site along the border between China and Pakistan on May 7, 2011. Photo: Kyodo/MAXPPP
Jalan Sutra di perbatasan antara Cina dengan PakistanFoto: picture-alliance/dpa

Warga Amerika sudah berhasil. 1854 mereka membuat perjanjian dagang dengan Kekaisaran Jepang, yang sampai saat itu terisolir ratusan tahun dari dunia luar. Sebagai reaksinya, pemerintah Prusia 1860 juga mengirimkan tim ekspedisi, yang diharapkan membuat perjanjian dagang dengan Cina, Jepang dan Thailand. Karena khawatir berada dalam posisi yang dirugikan dibanding Amerika. Di antara anggota ekspedisi ada pakar geologi dan geografi bernama Ferdinand von Richthofen.

Tim ekspedisi Prusia tahun 1860 berhasil tiba tepat waktu. Walau perjalanan panjang melewati lautan luas itu, terputus perhentian mengesankan di Formosa, Maluku, Filipina serta Jawa. Akhir 1861, anggota ekspedisi bertolak pulang dari Bangkok, kecuali Ferdinand von Richthofen. Ia punya rencana lain. Ia ingin pulang ke Prusia melalui jalur Siberia. Namun rencana berani ini tidak berhasil. Di rute perjalanannya terjadi kerusuhan, sehingga sulit baginya untuk meneruskan perjalanan.

--- 2012_09_04_Seidenstraße_ENG.psd
Peta Jalan SutraFoto: DW
Ferdinand Freiherr von Richthofen (* 5. Mai 1833 in Carlsruhe, Landkreis Oppeln, Provinz Schlesien; † 6. Oktober 1905 in Berlin) origianl note: Ferdinand Baron von Richthofen. 19th century photograph Quelle: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ferdinand_von_Richthofen.jpg?uselang=de Diese Bild- oder Mediendatei ist gemeinfrei, weil ihre urheberrechtliche Schutzfrist abgelaufen ist.
Ferdinand von RichthofenFoto: gemeinfrei

Lalu Richthofen mengambil rute berbeda, yakni ke Kalifornia. 1862-1868 ia berada di sana, tapi kemudian tertarik tujuan perjalanan lainnya. Dalam pembicaraan dengan koleganya, Richthofen menemukan misinya yakni meneliti Cina. Kekaisaran itu menurutnya, diantara semua negara berperadaban dan terkenal, adalah yang paling jarang diselidiki.

Dari Kanton sampai Mongolia

Dengan bersemangat Richthofen melakukan ekspedisi yang kelak membuatnya terkenal. 1868-1872 dalam tujuh perjalanan ekspedisi, ia menjelajahi 13 dari 18 provinsi Kekaisaran Cina. Sebuah rencana yang penuh petualangan, karena Cina kala itu diguncang pemberontakan. Orang asing jika sampai tidak diserang, dipandang sebagai sesuatu yang eksotis. Selain itu Richthofen sama sekali tidak menguasai Bahasa Cina.

©ChinaFotoPress/Pang Li/MAXPPP - Dunhuang, China 2006-10-16 ; Yangguan Pass lies in the Nanhu (South Lake) Village of Dunhuang and was established in 121BC of the Western Han Dynasty (206BC ¿C 24AD) to defend against the attacks of other minority nationalities and to develop the area of Xiyu ¿C the western regions of Han Dynasty being the area west of Yumenguan Pass including what is now Xinjiang and parts of Central Asia. Yangguan Pass once was the gateway to the Xiyu area and an important pass on the Silk Road. Eminent Buddhist monk Xuan Zang set foot there on his return to Chang\'An (Xian) from India. During that period, Yangguan Pass, as a military stronghold, was rich in water and was an oasis. The location of ancient Yangguan Pass was submerged by the desert, the city of Yangguan Pass being unable to escape too, leaving only the remains of the beacon tower of Dundun Hill to witness the vicissitudes of Chinese history. But it is a desert full of precious deposits. There is a legend that the trousseau of a princess of the Tang dynasty was buried here by a sudden sandstorm. For this reason, locals call this desert \'curio beach\'. DUNHUANG,CHINA--OCTOBER 16,2006:(CHINA OUT) A sculpture of Wang Wei , a famous Chinese Tang Dynasty poet, stands at the site of Yangguan (Yang Gate) on October 16, 2006 in Dunhuang, Gansu Province, China. (Photo by Pang Li/ChinaFotoPress)
Yangguan Pass di Nanhu sudah ada sejak 121 Sebelum Masehi, salah satu rute terpenting Jalan SutraFoto: picture-alliance/MAXPPP

Apa yang berhasil dilakukan peneliti ini pada tahun-tahun tersebut menjadi revolusi pengetahuan warga Eropa mengenai Cina. Dengan rajin ia mencatat semua yang dilihatnya dalam perjalanannya.

Dari dataran tinggi Tibet di Barat sampai kota metropolitan Shanghai di Timur, dari Mongolia di Utara sampai kawasan paling Selatan Cina dipelajari Richthofen. Ia membuat catatan geografi jalur-jalur pegunungan dan datarannya, demikian pula pengaruh angin dan cuaca terhadap tanah.

Riset Kekayaan Alam di Cina

Tanaman dan hewan kurang diperhatikannya, perhatiannya lebih tertuju pada masyarakat dan budayanya. "Dengan pinsil panjang yang diikat pada tali dan dikalungkan di leher," seperti yang ditulisnya dalam tuntunan untuk ekspedisi, ia menjelahahi negara itu.

Juga meskipun kuli-kulinya pingsan karena kepanasan, hal itu tak mampu menghentikan tekad Richthofen. Ia juga yang akhirnya memberi nama jalur perdagangan tertua antara Cina dan Eropa: Jalur Sutra. Namun pakar geografi itu juga punya tugas riset lainnya. Ia diminta meneliti, kekayaan alam apa yang tertimbun di dalam tanah Cina dan bagaimana itu dapat dieskploitasi.

Perjalanan Richthofen berlangsung 12 tahun. Baru 1872 ia kembali ke Prusia. Hampir tidak ada ilmuwan, selain mungkin peneliti Alexander von Humboldt, yang lebih banyak meneliti kawasan dalam peta dunia. Di Prusia ia menjadi terkenal dan terpandang. Di Cina bahkan ada pegunungan yang kini dikenal sebagai Qilian Shan, dinamakan sesuai namanya "Pegunungan Richthofen."

Tapi bagi kekaisaran Cina lama, ekspedisi Richthofen ibaratnya awal dari akhir. Karena, setelah itu makin sering Cina menjadi obyek perebutan kekuasaan kolonial, yang ingin mengeksploitasi kekayaan negara itu demi kepentingan ekonomi.