1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asia Kembali Waspadai Penyabaran Virus Flu Burung

Ayu Purwaningsih12 Januari 2007

Kematian 750 ayam di Peternakan Kiyotake, Miyazaki Jepang, meresahkan para peternak dan masyarakat Jepang. Pemerintah Jepang mengungkapkan bila terbukti hasil tes menunjukan ayam-ayam yang mati ini positif akibat flu burung, maka Asia harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyebaran virus flu burung tersebut. Sebab selain ditandai dengan kematian massal ayam-ayam di Jepang, baru-baru ini seorang perempuan di Indonesia juga meninggal dunia akibat flu burung, ditambah lagi serangan virus H5N1 pada ayam-ayam di Vietnam dan terkaparnya seorang pasien di China akibat Avian Influenza.

https://p.dw.com/p/CIvx

Pemerintah Jepang menginspeksi seluruh peternakan unggas yang tersebar di negaranya, setelah hasil tes awal menunjukan 750 ekor ayam di Peternakan Kiyotake, Miyazaki mati, akibat virus flu burung. Daerah sekitarnya kini diisolasi hingga investigasi selesai dilakukan. Hasil tes lanjutan akan diumumkan pada akhir pekan ini. Bila terbukti virus yang menyerang peternakan tersebut adalah virus H5N1, maka Jepang mengingatkan Asia untuk mulai mewaspadai lagi merebak wabah yang mematikan tersebut setelah serangan virus flu burung tahun 2004. Pada saat itu Jepang lebih berhasil memutus penyebaran virus flu burung, karena tidak memakai strategi vaksinisasi unggas, melainkan pemusnahan. Strategi ini menurut peneliti dan pembuat vaksin flu burung dari Institut Pertanian Bogor IPB, Kamaludin Zarkasi, lebih sulit untuk diterapkan di Indonesia karena Indonesia populasinya jauh lebih besar. Namun kerjasama IPB dengan Jepang dalam pembuatan vaksin flu burung masih terus dilakukan.

Kamaludin:

“Mereka tak vaksinasi, begitu ada yang positif dimusnahkan aja. Mungkin karena populasinya sedikit di Indonesia sulit. Ayam kan protein paling murah, kalau tak makan protein bisa kena penyakit lebih parah lagi. Paling kebijakannya dimusnahkan. Secara umum tak ada vaksinasi. Mereka dimusnahkan, dimatikan ayamnya. Peternakannya kan tak sebesar di Indonesia.”

Kekhawatiran meningkat di kawasan Asia setelah Cina melaporkan kasus pertama flu burung pada manusia setelah kasus mereda dalam beberapa bulan terakhir dan Vietnam melaporkan kasus pertama pada unggas setelah 1 tahun tak ada kasus. Untuk itu pemerintah Vietnam kini menginspeksi setiap peternakan untuk memutus laju virus H5N1.

Di Indonesia sendiri, kemarin virus flu burung lagi-lagi mematuk korban. Seorang perempuan meninggal dunia setelah memakan ayam sakit. Ia meninggal dunia dengan gejala terjangkit flu burung. Kematian Riyah, warga Jakarta Barat ini meningkatkan jumlah korban tewas akibat flu burung di Indonesia menjadi 59 orang. Rekor tertinggi di dunia, diikuti oleh Vietnam, di peringkat kedua. Namun menurut Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, I Nyoman Kandun tidak ada strategi khusus untuk penanggulangannya, meski awal tahun 2007 ini flu burung telah memakan tiga korban jiwa di Indonesia.

Kandun:

“baru tiga orang jadi kita belum tahu sampai akhir 2007 akan berapa kan baru Januari. Kita menerapkan strategi 2005-2006 aja kita intensifkan saja pemantauannya, komunikasi publiknya, dan lain-lain.”

Sejauh ini masih belum juga dapat dibuktikan apakah virus H5N1 dapat menular langsung antar manusia.