1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Atasi Rasa Sakit Lewat Terapi Cahaya

5 Oktober 2016

Rasa sakit sulit diukur lantaran sifatnya yang subyektif. Faktanya rasa sakit bergantung pada banyak faktor, termasuk psikologis. Sebab itu ilmuwan kini mencoba terapi cahaya buat memerangi rasa sakit kronis.

https://p.dw.com/p/2Qr7I
Symbolbild Schmerz
Foto: Colourbox

Mengusir Rasa Sakit dengan Terapi Cahaya

Cahaya dan pil. Di Klinik Universitas München, ini menjadi metode perawatan baru untuk penderita sakit kronis. Para dokter menguji terapi cahaya, terhadap rasa sakit. Sinyal sakit yang diterima tubuh, adalah suatu hal yang dialami secara berbeda oleh pasien. Kuesioner digunakan, untuk menguji sensitivitas pasien.

Rasa sakit punya banyak faktor. Tidak hanya dari segi medis, melainkan juga berdasarkan faktor psikologis. Pakar neurologi

Prof. Thomas R. Tölle memaparkan: "Sekarang diketahui, kondisi fisik dan psikologis pasien kaitannya sangat erat. Jadi jelas, metode penanganan pasien tidak bisa hanya sekedar memberikan resep obat, atau hanya nasehat-nasehat baik."

Menurut hasil penelitian, cahaya juga punya efek menyembuhkan, dalam kasus sakit yang kronis. Tapi, tidak semua cahaya punya efek sama. Cahaya hangat misalnya, punya efek membuat rileks. Cahaya biru dan terang, membuat orang jadi waspada dan aktif.

"Kami tahu, bahwa pasien yang baru menjalani operasi dan terbangun di ruangan dengan cahaya terang, perlu 30 persen lebih sedikit opium. Pasien yang di rumah sakit ruangannya menghadap ke sisi matahari, masa pemulihannya cenderung lebih cepat, dibanding yang menghadap sisi gelap", ujar Tolle.

Rasa nyeri pada otot dan sendi bisa dikurangi, atau disembuhkan, dengan gerakan. Satu faktor penting adalah: konsentrasi. Cahaya biru meningkatkan kewaspadaan, dan juga mengingatkan pada hari yang cerah. Ini bisa merangsang produksi hormon melatonin, yang mengendalikan ritme tidur dan bangun.

Untuk terapi grup dengan psikolog, digunakan cahaya yang lebih hangat. Pasien harus merasa tenang, dan bisa berkonsentrasi. Cahaya kuning yang hangat, sangat ideal. Studi awal membenarkan, ada efek terapi dari cahaya.

Kembali Tolle: "Cahaya seakan membantu pasien keluar dari kegelapan, yaitu rasa sakit yang diderita. Cahaya juga bisa didapat dengan menghabiskan waktu di luar saat siang hari. Jadi, jangan menyembunyikan diri dalam kegelapan. Apa yang kami coba disini adalah, menerapkan efek cahaya agar pasien tetap bisa berada di dalam ruangan gedung rumah sakit."

Berdasarkan warna dan kadar terangnya, cahaya terbukti punya efek bagi tubuh dan pikiran. Ini satu cara, untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan konsentrasi, atau memperbaiki suasana hati.