1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Australia Diduga Perlakukan Pengungsi Anak dengan Buruk

3 Februari 2014

Pengawas hak asasi manusia Australia melancarkan penyelidikan atas tempat tahanan lebih dari 1.000 anak-anak yang ditahan pemerintah di bawah kebijakan keras atas para pencari suaka.

https://p.dw.com/p/1B1pK
Foto: fotolia/Mikael Damkier

Gillian Triggs, presiden Komisi HAM Australia, mengatakan bahwa penyelidikan itu akan memeriksa dampak wajib penahanan atas lebih dari 1.000 anak-anak pencari suaka yang ditahan di fasilitas imigrasi di Australia dan lebih dari 100 lainnya yang ditempatkan di Nauru.

“Ini anak-anak yang, antara lain, tidak diberikan kebebasan bergerak, yang banyak diantaranya menghabiskan tahun-tahun pertumbuhan penting dari hidup mereka dengan menjalani kehidupan di balik kawat (tahanan) dalam lingkungan yang sangat menegangkan,” kata Triggs.

Penyelidikan akan memeriksa apakah pemerintah Australia telah melanggar kewajiban internasional dalam perlindungan atas anak-anak dan mengukur kemajuan terkait isu ini selama dekade terakhir.

Penyelidikan serupa digelar pada 2004, dan oleh pemerintah kemudian dijadikan “Solusi Pasifik“ terkait para pencari suaka yang tiba dengan kapal untuk ditahan di Nauru dan Papua Nugini – sebuah kebijakan yang bertujuan mencegah praktek penyelundupan manusia yang berbahaya dari Indonesia.

Ratusan pencari suaka tewas dalam upaya mereka mencapai Australia beberapa tahun terakhir.

Kebijakan keras penahanan Pasifik dihidupkan kembali tahun lalu oleh perdana menteri saat itu Kevin Rudd, yang membuatnya menjadi lebih keras dengan memberi mandat bahwa semua orang yang tiba di Australia dengan kapal-kapal tanpa dokumen yang sah akan secara permanen ditahan di lokasi penahanan Papua Nugini atau Nauru.

Gangguan mental

Laporan penyelidikan awal menemukan bahwa penahanan atas anak-anak ”secara mendasar tidak konsisten” dengan kewajiban Australia dalam bidang hak asasi internasional, dan anak-anak yang dipenjara dalam jangka waktu lama “beresiko tinggi mengalami gangguan mental serius“.

Selama masa penahanan mereka – yang rata-rata berlangsung dua tahun – anak-anak itu antara lain terekspos melakukan mogok makan dan sejumlah tindak kekerasan yang merugikan diri sendiri serta juga kerusuhan, yang dihadapi para penjaga dengan gas air mata dan meriam air, demikian isi laporan tentang kondisi anak-anak di dalam tahanan.

Ada sejumlah insiden misalnya percobaan gantung diri dan menjahit bibir diantara para tahanan remaja dan beberapa diantaranya didiagnosis mengalami depresi atau gangguan tekanan mental setelah dibebaskan.

Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak di tahanan turun drastis dari standar masyarakat dan muncul kekhawatiran luas termasuk mengenai iklim ekstrim di berbagai fasilitas penahanan yang letaknya terpencil, penuh sesak dan kondisinya tidak sehat.

Triggs mengatakan jumlah anak yang ditahan mencapai angka yang ”belum pernah terjadi sebelumnya” di bawah rezim yang sedang berkuasa saat ini, jika dibanding sepuluh tahun lalu, dan pemerintahan konservatif Tony Abbott hanya menawarkan ”kerjasama minimal” atas isu ini.

ab/hp (afp,ap,rtr)