1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Australia Hukum Lima Terdakwa Teroris

16 Oktober 2009

Lima pria diputuskan bersalah oleh Pengadilan Australia, karena terbukti menyimpan senjata dan bahan-bahan pembuat bom.

https://p.dw.com/p/K7tQ
Mobil yang membawa para teroris saat ditangkap duluFoto: AP

Disebutkan kelima pria itu melakukan hal tersebut untuk balas dendam atas keterlibatan Australia dalam perang Irak dan Afghanistan. Di pengadilan, jaksa penuntut Richard Maidment mengungkapkan pada Pengadilan Tinggi New South Wales bahwa kelima militan jihad ini memperoleh instruksi langkah pembuatan bom berdaya ledak tinggi yang dapat menyebabkan jatuhnya korban dan kehancuran dalam skala besar. Namun sasaran aksi teror tidak diungkapkan.

Jaksa penuntut menyatakan para pria berusia antara 25 hingga 44 tahun ini bermaksud melakukan jihad yang melibatkan tindakan ekstrim dan kekerasan, termasuk membunuh mereka yang menentang fundamentalisme. Mereka ditangkap di Sidney tahun 2005 dalam aksi penyisiran teror terbesar di Australia. Polisi menemukan 28 ribu-an amunisi selama razia berlangsung.

Diantara kelima terdakwa berkewarganegaraan Australia ini, empat orang warga merupakan keturunan Libanon, sementara seorang lainnya keturunan Bangladesh. Mereka menghadapi maksimal ancaman hukuman seumur hidup dan akan kembali ke pengadilan 14 Desember mendatang untuk mendengar vonis masa hukumannya. Mereka hanya menunjukkan sedikit reaksi ketika dinyatakan bersalah. Namun para pendukungnya di luar pangadilan tampak emosi dan mengungkapkan pada media bahwa putusan ini malah akan meningkatkan ancaman bagi Australia. Salah seorang saudara dari lima terdakwa itu mengungkapkan bahwa hukuman yang dijatuhkan bagi kelimanya tidak akan menghentikan aksi terorisme.

Lebih dari 3000 bukti maupun dokumen dipaparkan juri selama persidangan yang berlangsung selama sepuluh bulan. Persidangan ini juga mendengar kesaksian dari sekitar 300 orang. Kelima pria yang dinyatakan bersalah ini memiliki gambar-gambar dan video yang menunjukkan aksi teror pembajakan pesawat di New York, September tahun 2001. Mereka juga memiliki dokumen yang berisi puja-puji terhadap pemimpin Al Qaida Osama bin Laden. Serta dokumen yang memperlihatkan cara pembuatan bom dengan menggunakan bahan kimia.

Australia selama ini dikenal sebagai sekutu Amerika Serikat yang sejak awal mendukung kampanye AS melawan teror, dengan pengiriman pasukan ke Afghanistan dan Irak. Australia sendiri sebenarnya tidak pernah mendapat serangan teror besar di negaranya. Meskipun sudah 95 warga AS terbunuh dalam serangan teror di Indonesia sejak tahun 2001.

AP/EK/ap/afp