1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Australia Meminta Maaf kepada "Anak-Anak Yatim Piatu Kerajaan"

16 November 2009

PM Australia Kevin Rudd meminta maaf secara resmi peranan negaranya dalam memperlakukan tidak adil puluhan ribu anak keluarga miskin dari Inggris. Anak berusia mulai tiga tahun itu dikirim ke Australia tahun 1947-1967.

https://p.dw.com/p/KYLm
Perdana Menteri Australia Kevin RuddFoto: AP

Banyak dari mereka bernasib malang menjadi korban penganiayaan atau ditelantarkan. Dalam suatu upacara di Canberra, Rudd juga menyinggung mereka yang disebut sebagai warga Australia yang terlupakan. Menurut laporan Senat Australia, pada abad ke-20 lebih dari 500 ribu anak dikirim ke panti-panti asuhan.

Puluhan ribu anak-anak Inggris yang dibesarkan di panti asuhan di Australia menerima permohonan maaf secara resmi dari pemerintah Australia, Senin (16/11). Sekitar 10 ribu anak yang tidak diinginkan Kerajaan Inggris karena terlahir dari orang tua tunggal atau keluarga miskin dikapalkan ke Australia pada tahun 1947 hingga 1967.

Mereka yang secara keliru dicap sebagai anak-anak yatim piatu, atau sebatang kara tersebut dititipkan di institusi yang dikelola gereja atau pemerintah Australia. Anak-anak malang tersebut ditelantarkan, disiksa dan bahkan mengalami penganiayaan seksual.

"Untuk kekeliruan dalam menawarkan kasih sayang yang layak bagi mereka yang tak berdaya, tak bersuara dan paling rapuh ini kami meminta maaf. Kami mengakui rasa sakit anak-anak yang dikapalkan ke Australia sebagai anak-anak migran, dirampok dari keluarga kalian, dari tanah air kalian dan tidak dipandang sebagai anak-anak yang tidak bersalah, melainkan sebagai sumber buruh anak-anak,“ demikian disampaikan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd.

Para perwakilan korban yang diundang ke gedung parlemen untuk menerima permintaan maaf menyambut ucapan Rudd dengan tepuk tangan dan bersorak. “Kami melihat kembali dengan malu bahwa banyak dari kalian ditinggalkan dalam kedinginan, kelaparan dan sendirian serta tidak ada tempat bernaung dan tidak punya seorang untuk berlindung,“ lanjut Rudd.

Setidaknya 150 ribu anak usia tiga hingga 14 tahun dikirim ke negara-negara persemakmuran Inggris dalam program migrasi paksa. Mereka dikenal sebagai anak-anak yatim piatu kerajaan.

Langkah pemerintah Australia dalam meminta maaf yang mendahului Inggris tampaknya akan memalukan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown. Brown rencananya akan mengikuti jejak Rudd awal tahun 2010 depan.

Pemerintah Australia yang diwakili Perdana Menteri Kevin Rudd juga meminta maaf kepada 500 ribu anak-anak setempat yang dikenal sebagai warga Australia yang terlupakan, yang juga disiksa dan ditelantarkan ketika dalam pengasuhan negara pada abad lalu.

Laporan pemerintah yang dikeluarkan lima tahun lalu menyebutkan bahwa banyak dari mereka menderita “serangkaian penyiksaan emosi, fisik dan seksual, dan bahkan mengalami kejahatan penyerangan fisik dan seksual.“

Tahun 2008 lalu di parlemen, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd juga mengucapkan permintaan maaf kepada penduduk asli Australia etnis Aborigin karena pemerintah Australia mempraktikkan program asimilasi yang keliru. Dalam program tersebut, anak-anak penduduk asli Australia dipisahkan dari keluarganya dan dikirim ke institusi-institusi. Mereka kemudian disebut sebagai generasi yang dicuri. Pada saat Rudd mengucapkan permintaan maafnya ini, terdapat desakan agar yatim piatu kerajaan dan warga Australia yang terlupakan juga menerima permintaan maaf.

Rudd menyatakan tidak akan ada pemberian kompensasi, sama seperti ketika dia meminta maaf kepada generasi yang dicuri. Banyak anak yatim piatu kerajaan mengakui bahwa hidup mereka hancur akibat penyiksaan dan penelantaraan ketika berada di Australia. Sementara banyak juga dari mereka yang tidak mau mengeluarkan pernyataan.

LS/HP/dpa/rtr