1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Australia Pantau Perburuan Paus Jepang

24 Desember 2013

Langkah Australia mengirimkan pesawat pengintai untuk mengawasi perburuan mamalia paus oleh nelayan Jepang di Samudera Atlantik mendulang kritik.

https://p.dw.com/p/1AgOt
Foto: Getty Images

Musim perburan ikan paus oleh nelayan Jepang yang berawal Januari hingga Maret tahun depan bisa dipastikan akan berlangsung dengan pantauan bea cukai Australia. Pemerintah Australia mengumumkan akan mengirimkan pesawat pengintai milik Bea Cukai untuk mengawasi kapal-kapal Jepang pemburu mamalia paus.

Menteri Lingkungan Hidup, Greg Hunt, sempat dikiritik lantaran "cuma" mengirimkan pesawat, dan bukan "kapal laut" seperti yang dijanjikan selama masa kampanye. Oposisi menyebut langkah pemerintah di Canberra "lemah" dan melanggar janji kampanye.

Hunt mengklaim pihaknya tidak akan membiarkan kapal-kapal Jepang bergerak bebas di perairan di sekitar Antartika yang berdekatan dengan Australia. Menurutnya aktivitas perburuan mamalia paus oleh Jepang akan dimonitor "oleh semua kelompok di Samudera Antartika," katanya merujuk pada ketiga kapal Sea Shepherd yang telah berlayar di belahan bumi selatan itu untuk menghadang kapal Jepang.

Australia Awasi Pelanggaran Teritorial

Kendati begitu Hunt enggan menjelaskan bagaimana pihaknya ingin menghadang kapal Jepang cuma dengan mengandalkan pesawat atau bagaimana pesawat itu bisa memberikan pertolongan pertama jika terjadi tabrakan antara kapal nelayan dan kapal milik aktivis Sea Shepherd seperti yang sudah pernah terjadi sebelumnya.

"Penting artinya buat Australia untuk memonitor keberadaan kapal di Samudera Atlantik mengingat besarnya risiko konfrontasi antara nelayan dan aktivis," kata Hunt. "Kami menghormati hak-hak berunjuk rasa secara damai. Australia tidak akan mentolelir tindakan berbahaya dan melanggar hukum," tambahnya.

Australia berulangkali terlibat dalam pertikaian hukum dengan Jepang terkait aktivitas perburuan mamalia Paus. Keberatan Canberra terutama berkaitan dengan pelanggaran kawasan teritorialnya. Australia sejak lama mengklaim sebagian kawasan perairan Samudera Antartika sebagai kedaulatannya.

"Tindakan Pengecut"

Jepang sebaliknya mengklaim, sebagian besar aktivitas perburuan mamalia paus bukan untuk tujuan komersil melainkan penelitian. 2008 silam kedua negara terakhir kali bersitegang. Australia menampilkan foto kapal-kapal laut Jepang menangkap paus dan mengolahnya langsung di atas kapal, "anda tidak harus membunuh paus untuk menelitinya," tulis pemerintah di Canberra dalam sebuah memo diplomatik kala itu.

Kebijakan Australia diimbangi oleh aktivitas organisasi lingkungan Sea Shepherd. Kelompok aktivis yang bermarkas di Washington dan Melbourne itu berulangkali terlibat bentrok dengan nelayan-nelayan Jepang di atas laut.

Sea Shepherd yang tahun ini mengirimkan tiga kapal ke samudera Atlantik mengritik langkah pemerintah Australia "memalukan," dan menyebut pengiriman pesawat pengintai sebagai tindakan "pengecut."

Aktivitas Sea Shepherd biasanya mengganggu perburuan mamalia paus dengan cara menembakkan meriam air dan melakukan manuver untuk mengusir paus dari kawasan peburuan.

rz/ap (abc/dpa/rtr)