1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Australia Sebut Dua Pilot Indonesia Berafiliasi dengan IS

9 Juli 2015

Otoritas Australia meyakini dua pilot Indonesia menyimpan ancaman karena bersimpati dengan Islamic State. Salah satunya bekerja buat maskapai AirAsia. Tudingan itu muncul setelah sebuah dokumen rahasia bocor ke publik

https://p.dw.com/p/1FvQ4
Symbolbild Pilot Cockpit Übermüdung
Foto: Fotolia/Marcito

Laporan intelijen Kepolisian Federal Australia yang dipublikasikan oleh situs investigatif, The Intercept, mengklaim kedua pilot "bekerja" untuk maskapai penerbangan AirAsia dan Premiair. Kepolisian negeri kanguru itu mengawasi keduanya melalui jejaring sosmed Facebook.

Dalam serangkaian postingannya, kedua pilot menunjukkan "dukungan terhadap kelompok Islamic State," begitu menurut isi dokumen. "Analisa konten di kedua akun menunjukkan pemiliknya terpengaruh oleh elemen-elemen radikal - setidaknya dari lingkungan online - dan sebab itu mungkin menyimpan ancaman keamanan."

Kepada kantor berita Perancis, AFP, penegak hukum Australia menolak mengkonfirmasikan apakah dokumen bertanggal 18 Maret tersebut asli. "Kepolisian menjalin hubungan erat dengan penegak hukum di dalam dan luar negeri untuk menjaga keamanan warga Australia," tulisnya sebagai tanggapan.

Radikalisasi via Facebook?

Dokumen itu mencatat pilot AirAsia baru lulus dari akademi penerbangan tahun 2010 silam dan melayani rute penerbangan internasional, termasuk ke Hong kong dan Singapura. Sang pilot mulai menunjukkan kedekatan dengan IS pada September tahun lalu, ketika "dia memosting konten yang mengindikasikan dukungan terhadap IS."

Kemudian sang pilot rajin berinteraksi dengan akun pro-IS lain di Facebook. Hingga pada Maret 2015, dia memajang status baru, yakni lokasi tempatnya berada di Raqqa, Suriah.

Ia juga mulai berinteraksi dengan pilot kedua, bekas penerbang angkatan udara TNI yang kini bekerja untuk maskapai penerbangan mewah, Premiair. Dokumen itu cuma menyebut ia memberikan jempol pada postingan tersebut.

Dikirim ke Seluruh Dunia

Laporan intelijen itu juga mengklaim sang pilot pernah menerbangkan pesawat komersil ke Australia, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Serikat. "Keduanya terpengaruh oleh elemen pro-IS, termasuk propaganda terorisme oleh kelompok radikal di Indonesia dan seorang yang diduga "gerilyawan teror" yang kini berada di Suriah atau Irak."

Kepolisian Australia mengkhawatirkan, pilot atau kru pesawat bisa menjadi ancaman besar jika yang bersangkutan menjadi radikal. "Mereka memiliki akses dan pengetahuan mendalam terkait sistem keamanan yang bisa membantu upaya serangan seperti pada kasus-kasus sebelumnya."

Situs the Intercept menulis dokumen tersebut telah dikirimkan kepada penegak hukum di Turki, Yordania, Inggris, Eropa dan Amerika Serikat. Hingga kini manajemen AirAsia dan Premiair belum memberikan keterangan terkait tudingan terhadap pilotnya itu.

rzn/vlz (afp, the intercept)