1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Situasi Warga Kulit Hitam di Jerman?

Chiponda Chimbelu
3 Juni 2020

Bagaimana warga kulit hitam di Jerman mengalami rasisme dan diskriminasi, belum ada data dan penelitian. Survei Afrozensus ingin mengubahnya, dengan mendata pengalaman mereka.

https://p.dw.com/p/3d99T
Close Up Junge Frau
Foto: Imago Images/PhotoAlto/F. Cirou

Setelah berbelanja bahan makanan di kawasan Prenzlauer Berg di Berlin baru-baru ini, saya melihat insiden menarik seorang pria pingsan di jalan, mungkin karena minum alkohol terlalu banyak atau konsumsi narkoba. Dua polisi berusaha memindahkannya dari trotoar. Ketika saya lewat, datang polisi ketiga, dan dia berkulit hitam. Ini adalah pertama kalinya saya melihat seorang polisi kulit hitam di Jerman.

Saya memang sering melihat warga kulit hitam di banyak tempat di Jerman, tetapi saya jarang melihat mereka bekerja dalam bidang pekerjaan yang berhadapan dengan publik. Mereka cenderung kurang terlihat – misalnya terbatas di dapur restoran, atau sebagai penjaga toilet umum.

Bahwa warga kulit hitam terutama ditemui dalam pekerjaan kasar adalah contoh dari rasisme struktural dan institusional, kata Poliana Baumgarten, pembuat film Afro-Brasil-Jerman, yang karyanya berurusan dengan rasisme dan diskriminasi. "Itu hanya menunjukkan bahwa tidak ada banyak kesempatan bagi perempuan kulit hitam mendapatkan pekerjaan yang dinilai lebih bermartabat," tambahnya.

Kurang data tentang situasi warga kulit hitam

Menurut perkiraan, ada lebih dari 1 juta warga keturunan Afrika tinggal di Jerman. Daniel Gyamerah, seorang ahli anti-diskriminasi, yakin bahwa masih banyak data diperlukan untuk lebih memahami situasi kehidupan dan pengalaman rasisme mereka. Itulah sebabnya dia menjadi salah satu inisiator Afrozensus, sensus pertama di Jerman mengenai warga kulit hitam.

Daniel Gyamerah, Vorstand von Each One Teach One e.V.
Pakar anti-diskriminasi Daniel GyamerahFoto: Séverine Lenglet

"Tujuan kami bukan untuk membedakan orang kulit hitam dari etnis atau komunitas lain," jelasnya. Afrozensus ingin mendapat gambaran situasi warga kulit hitam dalam berbagai kategori sosial untuk langkah-langkah anti-diskriminasi.

Afrozensus, yang didanai oleh Biro Anti Diskriminasi Jerman Antidiskriminierungsstelle, akan mengumpulkan data demografi standar - usia, jenis kelamin, kecacatan - dan pengalaman diskriminasi. Juga akan ditanyakan partisipasi ekonomi warga kulit hitan, keterlibatan sipil, dan harapan mereka pada parlemen Jerman.

"Data itu akan memungkinkan kami membicarakan masalah diskriminasi dalam wacana publik di Jerman, supaya masalahnya jadi lebih terlihat," kata juru bicara Antidiskriminierungsstelle, Sebastian Bickerich.

Warisan Era Nazi

Tidak mungkin membahas rasisme di Jerman tanpa menyebut era Nazi. Dampaknya masih ada sampai sekarang. Beberapa ahli berpendapat, negara hingga kini belum mampu mengatasi masalah rasisme secara memadai, yang merupakan kelanjutan politik yang dijalankan Nazi. Wacana publik tentang rasisme atas warga kulit hitam juga masih terlalu kurang.

"Kita perlu mengenali perbedaan sosial yang disebutkan terjadi berdasarkan ras kami," kata Sarah Chander, aktivis sosial dari „Jaringan Eropa Melawan Rasisme" yang berbasis di Brussels. "Kita tidak bisa hanya berharap bahwa perbedaan (sosial) itu akan hilang, jika tidak dibicarakan."

Dia percaya, politisi perlu mengadopsi pemahaman-pemahaman yang berasal dari organisasi anti-rasis untuk menangani diskriminasi.

What is the African diaspora experience in Germany?

Memahami diskriminasi dan cara menanganinya

"Untuk waktu yang lama, itu adalah hal yang tabu karena [rasisme] disatukan dengan xenophobia," kata Maureen Maisha Auma, profesor studi perkembangan anak dan diversitas di Universitas Magdeburg.

"Cara kita melihat dunia, karena kita mulai membicarakan warna kulit hitam, sudah lebih bermakna (di Jerman)," katanya.

Orang Jerman sendiri sudah menyadari adanya rasisme dalam masyarakat, kata Sebastian Bickerich, tapi "mereka masih memiliki keraguan bertetangga dengan kelompok orang tertentu."

Afrozensus diluncurkan bulan Mei 2020 dalam tiga bahasa - Jerman, Inggris, dan Prancis. Orang bisa mendaftar dan berpartisipasi dalam survei ini secara online. Para penggagasnya berharap, hasilnya bisa diterbitkan akhir tahun ini dan bisa mendorong para pembuat kebijakan untuk bertindak.

Bagi populasi kulit hitam dan kulit berwarna di Jerman, hasil survei ini lebih dari sekedar angka-angka, kata Daniel Gyamerah. Afrozensus bisa membuka wawasan tentang bagaimana caranya menangani diskriminasi. (hp/rap)