1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Juru Bicara Presiden AS Dikecam

12 April 2017

Sean Spicer, juru bicara Presiden AS Donald Trump dalam sebuah konferensi pers melakukan kesalahan besar, dengan membuat perbandingan antara Hitler dengan Assad. Kasus ini menyulut badai kecaman dari berbagai pihak.

https://p.dw.com/p/2b60m
Sean Spicer Pressesprecher des Weißen Hauses
Foto: picture-alliance/dpa/A. Harnik

Dalam konferensi pers harian membahas serangan gas di Suriah, Sean Spicer melakukan kesalahan besar. Spicer mengatakan: "Bahkan Hitler yang begitu menjijikkan tidak jatuh ke taraf serendah itu dengan menggunakan senjata kimia."

Padahal faktanya pada masa Perang Dunia II NAZI di bawah Hitler membunuh sekitar enam juta orang dengan menggunakan gas. Di sejumlah kamp konsentrasi, misalnya yang paling terkenal Auschwitz, NAZI menggunakan gas Zyklon B untuk membunuh jutaan manusia secara sistematis. Mayoritas korban kamar gas NAZI adalah kaum Yahudi.

Sebelumnya AS, Inggris dan Jerman membicarakan upaya untuk menggerakkan Rusia agar menghentikan dukungan bagi Presiden Suriah, Bashar al Assad. Tiga negara barat itu menilai ini saat yang tepat untuk berbicara dengan Rusia, setelah sejumlah indikasi merujuk kepada Bashar al Assad sebagai dalang serangan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.

Terkait konflik di Suriah itu menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson pekan ini dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.

Spicer dihujani kecaman 

Spicer melakukan kesalahan itu saat menjawab pertanyaan seorang wartawan, yang meminta penegasan mengapa baru sekarang pemerintah AS memperkirakan Rusia akan menghentikan kerjasama dengan Suriah. "Bukankah mereka sudah bersekutu sejak bertahun-tahun", tanya awartawan bersangkutan.

Sejumlah politisi dan berbagai institusi langsung melontarkan kecaman terhadap politisi dari Partai Republik tersebut, serta menuntut permintaan maaf. Steve Goldstein, Wakil Direktur Anne Frank Center for Mutual Respect di New York mengeluarkan pernyataan tajam. Spicer yang "menyangkal Holocaust (pembantaian warga Yahudi di jaman PD II), menciptakan 'fake news' yang paling menghina yang bisa dibayangkan, dengan menyangkal bahwa Hitler membunuh jutaan orang Yahudi dengan gas beracun. Pernyataan Spicer adalah penghinaan paling keji terhadap kelompok tertentu masyarakat, yang pernah dikatakan juru bicara Gedung Putih."

Permintaan maaf yang sia-sia?

Setelah konferensi pers, Spicer dan Gedung Putih berkali-kali menyatakan permintaan maaf resmi. Spicer menulis, ia sama sekali tidak berusaha "menyangkal sifat menjijikkan peristiwa Holocaust." Setiap serangan atas orang-orang tak bersalah "menjijikkan dan tidak bisa dimaafkan." Ia mengatakan dalam wawancara dengan CNN, telah membuat perbandingan yang salah dan tidak patut dilakukan dengan Holocaust. Ia mengakui telah melakukan kesalahan.

Sepanjang petang dan malam hari, sejumlah besar pengguna jejaring sosial Twitter memberikan komentar terhadap Spicer lewat tagar #icantbelievehereallysaidthat. Walaupun ada permintaan maaf resmi, sebagian orang menuntut Spicer mengundurkan diri.

ml/as (dpa, ap, afp)