1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Banjir dan Longsor Lumpuhkan Manila

8 Agustus 2012

Jumlah korban tewas akibat cuaca buruk di Manila meningkat menjadi 21. Sementara lebih dari satu juta orang mengalami bencana banjir dan tanah longsor di ibukota Filipina itu.

https://p.dw.com/p/15ldb
Foto: Reuters

Sekitar 850 ribu orang korban banjir di ibukota Filipina dan sejumlah provinsi tetangganya terpaksa menerima bantuan. Petugas penyelamat dan militer memasok makanan, air dan pakaian bagi penduduk Manila yang 60 sampai 80 persen kawasannya terendam air.

Tingginya jumlah korban tewas dan yang terperangkap tanah longsor atau pun terjebak banjir di rumah masing-masing sebenarnya bisa diantisipasi. Yakni jika warga sendiri menyadari bahaya musim hujan dan badai yang selalu melanda setiap tahun. Baru pekan lalu angin topan Saola melanda negara itu.

"Sejak Senin lalu kami sudah berada di lapangan memperingatkan warga untuk menyelamatkan diri. Namun beberapa orang memang keras kepala," kata seorang tokoh setempat. Seorang pekerja sosial juga mengeluhkan, warga yang sebenarnya sudah mengungsi ke daerah aman kembali lagi ke rumahnya, karena mengkhawatirkan nasib harta bendanya.

Korban Tewas Akibat Banjir dan Tanah Longsor

Hingga berita ini diturunkan (08/08), jumlah korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Filipina mencapai 21 orang, termasuk 9 orang yang tewas dalam tanah longsor.

Warga menyelamatkan hewan peliharaannya di Los Pinas, Manila, Selasa (07/08).
Warga menyelamatkan hewan peliharaannya di Los Pinas, Manila, Selasa (07/08).Foto: Reuters

Kesembilan korban tewas itu adalah keluarga yang tinggal di daerah Quezon, Manila. Hanya ayah dan anak tertua dari keluarga itu yang selamat, meski menderita luka berat. Kepada radio lokal, kepala keluarga korban mengatakan, sebenarnya pemerintah setempat sudah beberapa kali memperingatkan bahwa rumahnya rawan terkena tanah longsor. "Tapi saya tidak mau pindah ke tempat yang jauh dari sekolah dan tempat kerja saya," katanya.

Daerah yang terkena dampak paling parah banjir di Manila terutama distrik kumuh, yakni kawasan bantaran sungai yang dipadati rumah-rumah bedeng di sepanjang sungai dan kanal, di tepi danau, dan kawasan lainnya yang rentan banjir.

"Beberapa permukiman dibangun sangat padat dan sempit sehingga perahu karet penyelamat tidak bisa lewat. Tapi kami sudah mulai menyediakan perahu yang lebih kecil," kata Benito Ramos, kepala badan mitigasi bencana nasional kepada kantor berita DPA.

Bencana Alam Dampak Berbagai Faktor

Bencana alam banjir dan tanah longsor tahun ini di Filipina merupakan akumulasi dari angin topan Saola yang melanda pekan lalu dan badai tropis Haikui yang melewati Laut Filipina pekan ini. Rabu (08/08), badan meteorologi setempat menaikkan tingkat bahaya akibat curah hujan karena dalam 24 jam terakhir volume curah hujan meningkat menjadi 390 mm dari 323 mm hari sebelumnya. Bisa dibayangkan jika hujan dalam volume tinggi terus turun dalam waktu berkepanjangan.

Jalan tergenang air di Las Pinas, Manila, Selasa (07/08).
Jalan tergenang air di Las Pinas, Manila, Selasa (07/08).Foto: Reuters

Kombinasi antara hujan lebat tak berkesudahan dalam dua pekan terakhir ini, air danau yang meluap memenuhi Sungai Pasig, gelombang laut dari barat teluk yang melewati tanggul banjir mengakibatkan air terkumpul di muara dan dataran dekat ibukota Filipina.

"Kami masih mengkhawatirkan situasi di wilayah pesisir," kata Benito Ramos, kepala badan mitigasi bencana nasional kepada kantor berita Reuters. Empat provinsi dekat Manila memberlakukan situasi darurat, termasuk provinsi lumbung padi Bataan dan Pampanga.

Setiap tahunnya Filipina dilanda 20 badai besar atau angin topan, banyak di antaranya mematikan. Tapi banjir pekan ini di Manila adalah banjir terparah sejak tahun 2009. Tiga tahun lalu, badai tropis Ketsana menewaskan lebih dari 460 orang.

Angin topan dan badai biasanya berasal dari perairan hangat di Samudra Pasifik, kemudian mengarah ke barat menuju Filipina dan kawasan Asia Tenggara, lalu mengarah ke utara menuju Taiwan, daratan Cina dan Jepang.

LS/DK (dpa,rtr,afp)