1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Banjir Semarang Disebabkan Siklus Hujan Lebat 50 Tahunan

8 Februari 2021

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono jelaskan curah hujan ekstrem jadi penyebab banjir Semarang. Sementara itu, Menhub dan Mensos juga tinjau langsung lokasi banjir pada Minggu (07/02).

https://p.dw.com/p/3p2Kx
Banjir merendam di kawasan Kota Lama Semarang akhir pekan kemarin
Banjir merendam di kawasan Kota Lama Semarang akhir pekan kemarinFoto: WF Sihardian/NurPhoto/picture alliance

Kota Semarang sempat dikepung banjir. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pun menjelaskan curah hujan ekstrem jadi penyebab banjir Semarang.

Hal itu diungkapkan Basuki saat meninjau salah satu wilayah yang terdampak banjir di Kota Lama Semarang.

Menurut Basuki siklus hujan lebat 50 tahunan menjadi penyebab utama banjir di Semarang. Hal itu berdasarkan data BMKG yang diperolehnya, dari data itu dia menyebutkan curah hujan ekstrem memang diprediksi akan terjadi.

"Berdasarkan data curah hujan, ini ekstrem seperti prediksi BMKG, 171 milimeter hujan, menurut hitungan hidrologi, return period atau periode ulangnya 50 tahunan," kata Basuki di kawasan Berok Kota Lama, Sabtu (06/02).

Di kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Semarang Ita mengatakan, penanganan terus dilakukan untuk mengatasi banjir. Kali Beringin pun sudah mulai dinormalisasi, namun apa daya cuaca ekstrem menghantam.

"Kami melakukan berbagai penanganan, di Beringin sudah bertahun-tahun begitu. Itu kan yang di cekungan. Di Jalan Kuda, Wonosari, Ngaliyan itu juga," ujarnya.

Stasiun kereta dan bandara terendam

Banjir tersebut juga mengakibatkan Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang ditutup sehari, bahkan untuk perjalanan kereta api jarak jauh masih terganggu hingga hari ini. Selain stasiun Tawang Semarang sempat terendam, rel di antara Tawang-Alastua masih kebanjiran.

Melihat hal itu, Menhub Budi Karya Sumadi mengecek bandara dan stasiun. Ia menjelaskan butuh perhatian ekstra untuk penanganan di stasiun kereta api di Semarang merupakan bangunan cagar budaya saat terjadinya banjir. Salah satu opsinya dengan meninggikan rel kereta api yang terdampak banjir di Kaligawe dan mengalihkan aktivitas dari Stasiun Tawang ke Stasiun Poncol.

"Kereta api memang agak unik, ini heritage. Tidak boleh ubah leveling. Harus ada inisiasi Pak Gub tadi bicara ada manajemen air. Kementerian perhubungan akan lakukan support, akan naikkan rel kereta api atau intensif bikin tanggul, tapi mahal. Untuk operasional naikin rel sepanjang 500 meter," jelas Budi, Minggu (07/02).

Hari Minggu (07/02) sore, Menteri Sosial Tri Rismaharini datang mengunjungi lokasi longsor di Jomblang, Kecamatan Candisari Semarang yang menyebabkan dua orang meninggal dunia. Dia lalu menengok lokasi pengungsian banjir di Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, yang hingga malam kemarin belum surut dan mengalami pemadan listrik.

Di lokasi ini, Risma sempat melihat dapur umum dan memberikan bantuan. Risma juga menanyakan soal pompa air ke Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita. Risma meminta disambungkan dengan pihak yang berwenang untuk pompa air Kali Tenggang.

Usai dari Muktiharjo Kidul, Risma melanjutkan ke daerah Kaligawe yang juga terpantau masih ada genangan. Dia juga menyempatkan melihat dapur umum di perkampungan daerah Sawah Besar tidak jauh dari sana. (Ed: rap/ha)

Baca selengkapnya di: DetikNews

Ungkap Penyebab Banjir Semarang, Basuki: Curah Hujan Ekstrem

3 Menteri Turun Langsung ke Semarang Tinjau Banjir dan Longsor