1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

050211 Ägypten Sicherheitskonferenz

5 Februari 2011

Di tengah tuntutan para demonstran agar Mubarak mundur dari jabatannya, negara-negara barat sebaliknya malah menegaskan peranan kritis sang presiden untuk memandu masa peralihan dan menjaga stabilitas di Mesir

https://p.dw.com/p/10BUR
Kanselir Jerman Angela Merkel bersama Menlu AS, Hillary Clinton pada Konferensi Keamanan di MünchenFoto: dapd

Saat Kanselir Jerman Angela Merkel berbagi pengalamannya selama proses ambruknya Jerman Timur, seketika suasana sunyi menyapu ruang pertemuan pada Konferensi keamanan di hotel Bayersicher Hof, München. Merkel menarik persamaan antara pengalamannya itu dengan gejolak yang melanda Mesir baru-baru ini.

Ia mengungkapkan, kalau saja menjelang reunifikasi ada politikus barat yang membanjirinya dengan segudang nasehat soal proses demokratisasi, ia sekejap akan berbalik dan mengakhiri pembicaraan tersebut.

Dan sekarang, kata Merkel, ia juga tidak akan mendikte bagaimana oposisi Mesir harus bertindak, "kita harus mendengar suara rakyat, yang untuk pertamakalinya bisa mengutarakan pendapatnya dan bukan cuma menunggu apa yang dipikirkan oleh orang lain," katanya.

"Pemilu bukan satu-satunya solusi"

Merkel melanjutkan, dirinya dapat mengerti dorongan untuk sebuah perubahan yang cepat, sesuatu yang juga banyak diutarakan oleh penduduk Jerman Timur tahun 1989 dan 1990. Namun juga mewanti-wanti untuk tidak bertindak gegeabah, seperti contohnya pemilu yang dipercepat di Mesir. „Pemilu yang terburu-buru di awal proses demokratisasi saya anggap sebuah kekeliruan. Kita harus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk membangun strukturnya dulu," tutur Merkel.

Hal senada juga diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton. Menurutnya pemilu bukan satu-satunya solusi yang dapat mendorong proses perubahan di Mesir. Pondasi sebuah demokratis katanya adalah negara hukum, pemerintahan yang transparan, kebebasan pers dan partai politik dan oposisi yang kuat.

NO FLASH Ägypten Kairo Proteste
Sebuah kendaraan lapis baja milik militer Mesir berjaga-jaga di sekitar lapangan Tahrir di pusat kota Kairo, untuk menghindari terjadinya bentrokan antara para demonstran dengan pendukung Presiden Housni MubarakFoto: picture-alliance/dpa

Justru sebab itu peranan Presiden Housni Mubarak menuju proses demokratisasi di Mesir "sangat menentukan", begitu kata seorang jurubicara Presiden Barack Obama. Clinton lebih lanjut mengatakan, „peralihan menuju Demokrasi itu sangat riskan, dalam jangka waktu pendek ia bisa berujung pada kekacauan. Negara bisa kembali jatuh ke tangan rejim yang otoriter," tukas Clinton.

AS tidak diragukan lagi memantau perkembangan situasi di Mesir dengan seksama. Presiden Barack Obama dilaporkan setiap hari berbicara dengan Presiden Housni Mubarak melalui telepon. Washington bahkan mengimbau agar Mubarak tetap memimpin pemerintahan transisi di Mesir sebelum digelarnya pemilu kepresidenan yang dimajukan. Sebaliknya dari Eropa sejauh ini tidak banyak yang bersuara.

Mubarak Serahkan Jabatan Ketua Umum

Pada KTT Uni Eropa hari Jumat lalu (4/2), para kepala negara dan pemerintahan Eropa memang telah membahas bagaimana mereka harus bereaksi terhadap fenomena di Mesir. Namun baru pekan depan Utusan Tertinggi Urusan Luar Negeri UE, Catherine Ashton akan melawat ke Kairo. Kendati begitu, Perdana Menteri Inggris David Cameron menepis kritik tersebut, menurutnya Uni Eropa tidak mampu bereaksi secara cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar.

„Di Uni Eropa kita memiliki banyak mekanisme untuk menyokong perubahan semacam itu. Kita kan selama ini telah mengucurkan dana bantuan jutaan Euro ke negara seperti Tunisia dan Mesir dan ingin mendapat sesuatu sebagai gantinya, yang jujur saja belum kita dapatkan. Kita harus memprioritaskan situasi kita jika kita memberikan uang bantuan, tapi kita tidak membutuhkan proses baru di Uni Eropa," kata Cameron.

Menurutnya bukan tugas Uni Eropa untuk mengacungkan jari dan menunjuk siapa saja yang dapat memimpin Mesir di masa depan. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, „Kita hanya memperlemah gerakan demokratis, jika muncul kesan bahwa proses ini merupakan akal-akalan asing dan bukan berasal dari rakyat Mesir sendiri."

Sementara itu stasiun televisi Al-Arabiya melaporkan, Presiden Mubarak telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokratis yang berkuasa. Sejauh ini belum ada keterangan yang lebih rinci seputar perkembangan tersebut.

Selain itu, putarnya, Gamal Mubarak juga dilaporkan telah menyerahkan jabatannya di dewan pembina partai dan dengan begitu mengikuti langkah semua tokoh pimpinan partai yang sebelumnya juga telah menyatakan pengundur-diriannya. Sekretrais Jendral baru PND adalah Hossam Badrawi yang selama ini dikenal sebagai pemimpin kubu liberal di tubuh partai.

Nina Werkshäuser/Rizki Nugraha
Editor: Edith Koesoemawiria