1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kumpulan Data Digital Pertama Pola Bordir Khas Palestina

Jennifer Holleis
15 Agustus 2023

Zain Masri berhasil mendigitalisasi sekitar 1.000 pola bordir tradisional Palestina, yang kini tersedia untuk diunduh di platformnya, Tirazain.

https://p.dw.com/p/4V8AM
Pola digital tradisional Palestinan
Zain Masri mendigitalisasi secara manual sekitar 1.000 pola bordir tradisional Palestina yang dapat diunduh dan dicetakFoto: Courtesy of Zain Masri

Zain Masri masih ingat asa senang setelah berhasil menyelesaikan motif sulaman silang pertamanya. Saat itu dia baru berusia 7 tahun. "Selama bertahun-tahun, itu tetap menjadi kegiatan liburan favorit saya di rumah nenek di Yordania," ungkap perempuan berusia 31 tahun itu kepada DW.

Zain Masri, yang bekerja di bidang pemasaran di Dubai, terhubung kembali dengan tradisi keluarganya menyulam pola khas tradisional Palestina selama masa pandemi.

"Saya bergabung dengan komunitas-komunitas bordir online untuk mendapatkan inspirasi sambil menghabiskan banyak waktu di rumah," katanya. Namun Masri dengan cepat menyadari bahwa kurangnya contoh pola beresolusi tinggi merupakan salah satu tantangan utama bagi komunitas bordir global.

"Seharusnya ada tempat untuk pola-pola yang didigitalisasi, untuk dapat dicetak dan tersedia bebas karena ini adalah warisan budaya," pikir Zain Masri. Dia kahirnya punya gagasan meluncurkan kumpulan data digital seperti itu.

Pola digital bordir tradisional palestina pertama
Setiap pola jahitan silang ditransfer secara manual pada kertas grid digital oleh Zain Masri selama dua tahunFoto: Courtesy of Zain Masri

Kumpulan data bordir digital pertama

Sekitar 24 tahun setelah neneknya memperkenalkan Zain Masri pada Tatreez, istilah Arab untuk jenis sulaman tradisional Timur Tengah, Masri mulai mengerjakan situs Tirazain, kumpulan data bordir digital pertama untuk pola-pola sulaman silang tradisional Palestina.

Tak hanya kumpulan data pola, dia juga memasukkan informasi mengenai asal-usul setiap pola dan ciri-ciri estetikanya. Misalnya pohon palem, pola bergerigi dengan warna yang berbeda atau pola yang menyerupai ubin di bangunan suci Haram al-Sharif di Yerusalem.

Hanya saja, membuat kumpulan data seperti itu ternyata jauh lebih memakan waktu daripada yang dia perkirakan, karena belum ada pilihan perangkat lunak digitalisasi yang cukup akurat untuk menguraikan jahitan secara otomatis. Sehingga dia harus menguraikan motif secara manual pada kisi-kisi digital.

"Saya telah menghabiskan ribuan jam untuk mendigitalisasi motif-motif setiap jahitan demi jahitan," katanya, dan menambahkan bahwa hal tersebut membuat pola-pola ini kemudian dapat dicetak untuk pola jahitan silang manual, atau pun diunduh untuk digunakan di mesin bordir.

Perjuangan Bistro Jadi Warisan Budaya UNESCO

Sejak Oktober 2021, Masri telah mengembangkan kumpulan datanya, hingga kini terkumpul sekitar 1.000 pola bordir tradisional, yang baru diluncurkan secara resmi pada musim panas ini. Sudah lebih dari 1.000 orang mengakses pola-pola tersebut setiap hari, dan komunitasnya terus berkembang.

Bordir Palestina: 'Warisan budaya takbenda'

Sementara jahitan silang pada gaun dan kain memiliki tradisi yang turun´menurun sejak lama di seluruh wilayah Timur Tengah, di mana temuan paling awal berasal dari Mesir kuno, bordir Palestina juga memiliki makna tambahan. Pola border khas Palestina itu diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, yang memasukkan seni bordir Palestina ke dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan tahun 2021 lalu.

"Dalam budaya Palestina, sulaman selalu digunakan sebagai teknik bercerita," kata Zain Masri. "Berdasarkan bordiran dan warna benangnya, Anda dapat mengetahui dengan pasti dari mana pembuatnya berasal, apakah dia masih lajang, sudah menikah, punya anak, bercerai, atau janda."

Sebagai contoh, ketika seorang perempuan sudah menikah, pakaian utamanya, dan sering kali satu-satunya, disulam dengan menggunakan benang merah. Kemudian ketika perempuan itu hamil, gaun yang sama diubah sementara dengan tambalan kain di bagian samping, yang kemudian dipotong di sekitar dada selama periode menyusui. Setiap perubahan selalu dilengkapi dengan pola sulaman jahitan silang.

"Ketika sang perempuan bercerai atau menjadi janda, motif dengan warna-warna yang lebih gelap ditambahkan dan, seiring berjalannya waktu, gaun ini menggambarkan kisah hidup pribadinya," kata Masri. "Gaun-gaun ini telah menjadi harta karun keluarga karena menceritakan kisah para perempuan dalam keluarga," tambahnya.

Akan tetapi, pakaian pria tidak pernah terlihat menggunakan bordir tradisional yang sama. Satu-satunya pengecualian adalah saputangan bersulam yang biasanya dipersiapkan oleh calon istri untuk pengantin prianya.

Peneliti Indonesia di Dunia Internasional

Barang sulaman khas lainnya untuk mas kawin adalah sarung bantal atau barang-barang dekoratif rumah tangga. Zain Masri, yang memiliki ayah dari Arab Saudi dan ibu dari Kuwait dan lahir di Amerika Serikat, dengan senang hati menunjukkan dua bantal bersulam di sofa ruang tamunya. "Saya menyukai seni tekstil, dan ini begitu indah," katanya.

Pemenang penghargaan untuk pemberdayaan perempuan

Proyek Tirazain Zain Masri memenangkan penghargaan perunggu untuk Keterlibatan Komunitas Terbaik dalam Pendidikan, Seni dan Budaya di Anthem Awards tahun ini. Tapi itu bukan proyeknya yang pertama. Dia sudah lama mempromosikan literasi digital dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan Arab. Sebagai contoh, program pendidikan keterampilan digital "Maharat min Google" atau yang berarti membangun kemampuan dengan Google, telah berhasil menjangkau hampir dua juta orang di Timur Tengah.

Selain itu, proyek YouTube Balata-nya, sebuah pusat konten yang menampilkan ratusan wirausahawan perempuan di Dunia Arab, juga diakui secara luas di wilayah berbahasa Arab. Selama beberapa tahun terakhir, Zain Masri, yang pindah ke Dubai sejak 2009, masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30, dan daftar Arab American Foundation 30 Under 30. Dia juga ditunjuk sebagai Advokat Perempuan PBB dan IMF Youth Fellow.

Pola digital tradisional Palestina pertama
Nenek Zain Masri di Yordania mengenakan busana adat dengan sulaman kisah hidupnya.Foto: Courtesy of Zain Masri

Lalu apa kata para neneknya yang ada di Yordania tentzang proyek digitalnya? "Ketika saya menunjukkan kepada mereka beberapa karya saya yang sudah jadi, mereka langsung terhubung dengan polanya," ujar Zain Masri. "Tradisi keluarga kami tetap hidup, baik secara online maupun offline," jelasnya. (kp/hp)