1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bayi Orangutan Diselundupkan Turis Rusia

25 Maret 2019

Dibius dan disimpan dengan rapi dalam keranjang rotan, begitulah posisi bayi orangutan saat ditemukan petugas bandara Denpasar, Bali. Seorang turis Rusia hendak selundupkan anak primata itu sebagai binatang peliharaan.

https://p.dw.com/p/3FdpC
Indonesien Bali Orang-Utan-Baby am Flughafen gerettet
Foto: picture-alliance/AP Photo/BKSDA Bali

Andrei Zhestkov, turis berusia 27 tahun itu langsung ditahan petugas bandara Denpasar Jumat lalu (22/03)  saat tertangkap hendak menyelundupkan orangutan meninggalkan Bali. Bayi orangutan yang diselamatkan itu tertidur lemas akibat mendapat obat bius. 

"(Zhestkov) tampak sangat siap, seolah dia hendak membawa seorang bayi," ungkap I Ketut Catur Marbawa, petugas bandara seperti dikutip dari AFP.  

Kepada petugas, Zhestkov mengaku membius bayi orangutan berusia dua tahun tersebut dengan obat yang dicampur dengan susu, supaya primata itu kehilangan kesadarannya hingga tiga jam.

Tak hanya orangutan, petugas juga menemukan obat penenang yang dibungkus dalam plastik serta tujuh reptil di dalam koper milik Zhestkov. Seluruh binatang itu ditemukan dalam keadaan hidup.

Indonesien Denpasar Orang-Utan
Diduga bayi orangutan dibius dengan mencampurkan obat ke dalam susu yang dikonsumsinyaFoto: picture-alliance/NurPhoto/J. Christo

Dibeli mahal

Zhetstkov telah mengeluarkan uang sebesar 3.000 dolar AS atau setara dengan 42 juta Rupiah untuk mendapatkan orangutan itu dari pasar yang disebutnya terletak di pulau Jawa. Dia tergoda untuk membelinya karena menurut turis Rusia itu ada seorang teman yang meyakinkannya bahwa ia bisa membawa orangutan tersebut sebagai hewan peliharaan.

Meski mengaku hanya sebagai hewan peliharaan, Zhetstkov akan tetap dihukum karena polisi juga sedang menginvestigasi apakah penyelundupan ini terkait dengan sindikat internasional penyelundupan binatang langka.

Di Facebook DW tak sedikit yang berkomentar dan menyoroti bahwa yang seharusnya yang dihukum bukan penyelundup melainkan yang membuka akses penjualan orangutan dan binatang langka.

Tak sedikit pula yang menyoroti betapa kasus orangutan terus berulang di Indonesia sehingga memandang lebih baik orangutan dipelihara si Turis. Kasus orangutan terus berulang disebut karena ketidakseriusan penindakan hukum dan konflik industri.

Riset yang dilakukan di Kalimantan mengungkap bahwa jumlah orangutan terus menyusut drastis, akibat pembukaan lahan kelapa sawit dan industri kertas. Dalam kurun waktu 16 tahun, populasi orangutan menurun drastis sebab diperkirakan hampir 150.000 orangutan mati hanya di Kalimantan, demikian kesimpulan penelitian Pusat Biodiversitas Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner.  Diperkirakan jumlah menyusut hingga 100.000 ekor pada tahun 2015 lalu.

ts/na (AFP, AP)