1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bebas Berekspresi Lewat Blogs di Singapura (bagian 2)

8 Mei 2011

The Online Citizen ingin menyampaikan cerita-cerita tentang Singapura, dan warganya, yang tidak muncul dalam media utama.

https://p.dw.com/p/11BR5
Foto: picture-alliance/ dpa

Ravi Philemon adalah salah seorang relawan di The Online Citizen. Menurut dia, para relawan menilai bahwa Singapura membutuhkan informasi alternatif. “Mereka melihat pemberitaan media yang selalu menguntungkan partai yang berkuasa, PAP. Sementara dukungan yang didapat oleh partai-parat oposisi tidah diberitakan dengan akurat. Maka merekapun memutuskan agar TOC menerbitkan kisah-kisah yang tidak diberitakan, memberikan perspektif lain pada berita lokal di Singapura dan membela berbagai masalah yang dikesampingkan“, begitu ungkapnya

Ia bergabung dengan The Online Citizen tahun 2008, setelah pulang ke Singapura usai studinya di Amerika Serikat, dan merasa terhenyak ketika menyimak informasi di media utama. “Saya merasa pasti, bahwa lebih banyak yang terjadi di Singapura daripada apa yang dilaporkan oleh media umum. Kemudian di internet saya melihat bahwa The Online Citizen menyampaikan informasi yang lebih berimbang, obyektif dan kritis. Lalu saya mengirimkan laporan mengenai para tunawisma di Singapura dan TOC menerbitkannya. Begitulah awal hubungan saya dengan The Online Citizen.“

Bantuan untuk buruh migran
Foto: DW

Dibahas di Parlemen

Pembelaan yang dilakukan kaum blogivist, kata gabungan dari aktivis dan blog, bisa berbagai macam. Dalam pemberitaannya, The Online Citizen misalnya pernah bekerja erat dengan kaum penyandang cacat yang menuntut adanya subsidi biaya transportasi. Isu ini akhirnya dibahas di parlemen, meskipun tidak berhasil mengubah situasi yang dihadapi para penyandang cacat.

Isu lain yang sejak awal juga diperjuangkan oleh Ravi Philemon adalah nasib kaum tunawisma di Singapura. "TOC meliput langsung ke lapangan, kami memberitakan mengenai nasib orang-orang yang tidak memiliki atap di atas kepala mereka, yang terpaksa tidur di pinggir jalan, di pantai-pantai dan sebagainya. Lalu kami melobi media-media besar agar melansir beberapa cerita yang sedang kami soroti, namun ditolak dengan alasan bahwa perumahan publik merupakan salah satu landasan pembangunan Singapura modern. Mereka tidak mau mengangkat tema tunawisma di Singapura. Tapi selama berminggu-minggu kami terus memberitakan tentang masalah ini. Akhirnya media Aljazeera Network melansir beberapa cerita kami. Tema inipun berhasil menerobos ke tingkat parlemen.“

Internet Handel in Singapur
Foto: AP

Meski bangga atas peran TOC dalam masalah ini, Philemon juga kecewa. Isu tersebut ditepis pemerintah. Laporannya dinyatakan sebagai pemberitaan situs internet yang tidak bertanggung jawab. Tudingan tidak berhenti di situ. Awal Januari tahun ini, kantor Perdana Menteri Lee Hsien Loong menempatkan The Online Citizen dalam kategori perkumpulan politik, dengan begitu membatasi gerak-geriknya. TOC yang terdiri dari relawan, dipaksa merinci struktur organisasinya. Siapa ketuanya, bendahara dan sekretarisnya.

Bertekad Maju Terus

„Rasanya, Ini adalah pertama kalinya di seluruh dunia bahwa sebuah blog yang dikelola secara lepas oleh sekelompok orang, yang bukan perusahaan, bisnis atau organisasi apapun dikategorikan sebagai organisasi politik. Kami bahkan tidak punya alamat, nomor telepon atau fax . Jadi kami hanya bisa berkesimpulan bahwa kantor PM berharap bisa membungkam kami dan mendesak agar kami berhenti menerbitkan cerita-cerita ini“, begitu keluhnya. Namun dalam surat kepada pembacanya TOC menegaskan bahwa tetap akan menerbitkan laporan mengenai isu-isu dalam masyarakat dan membantu menguatkan masyarakat.

Lebih jauh Alex Au menjelaskan, "Penting sekali untuk mengerti bagaimana aturan itu berfungsi, TOC adalah situs yang melaporkan berita-berita politik untuk waktu yang cukup lama. Yang ingin dilakukan oleh pemerintah adalah memperlakukan situs berita politik sebagai organisasi politik, yang artinya harus menyatakan siapa yang mensponsorinya, dan tidak boleh menerima pendanaan dari suber-sumber asing, persis seperti organisasi atau partai politik lainnya. Tapi ini tidak berarti bahwa ada penyensoran editorial."

Lambang Singapur: Merlion
Foto: DW/Danhong Zhang

The Online Citizen juga menyatakan keberatannya kepada pemerintah Singapura, dan menekankan bahwa para pegiatnya adalah relawan yang kerap berganti. Meski bukan majalah internet mahasiswa, kebanyakan anggota TOC adalah mahasiswa yang beridealisme tinggi. Biasanya setelah bekerja, mereka terpaksa mengurangi aktivitasnya bersama blog berita internet itu. Namun selalu, ada saja mahasiswa baru atau orang-orang lainnya yang kemudian datang menyumbangkan tenaganya.

Menurut Ravi Philemon, tekad The Online Citizen untuk terus maju, tidak berkurang. "Kami memutuskan bahwa tidak ada yang perlu kami takuti, bahwa pemerintah dan masyarakat manapun di dunia berhak memiliki orang-orang yang kritis, yang bila perlu bisa menyampaikan kritik, tapi juga mampu mengapresiasi apabila ada hal yang memang perlu dikagumi. Kami merasa masih ada peran bagi The Online Citizen di Singapura“. Bagi Ravi Philemon menjadi relawan TOC merupakan upaya untuk menjamin masa depan yang lebih baik untuk anak-anaknya di negara yang berlambang Merlion itu.

Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk