1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Menyingkap Rahasia Terpendam Kamp Konsentrasi di Belarus

30 Juni 2018

Sebuah tugu peringatan diresmikan di salah satu bekas kamp konsentrasi terbesar NAZI di kawasan bekas Uni Sovyet. Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier menyebut penghargaan bagi korban terlupakan itu "tidak ternilai".

https://p.dw.com/p/30aby
Weißrussland ehemaliges Vernichtungslager Maly Trostinez Gedenkstätte
Foto: DW

Kamp konsentrasi Maly Trostenets adalah salah satu kamp konsetnrasi NAZI yang terbesar di kawasan yang menjadi wilayah Uni Sovyet setelah Perdan Dunia II. Antara awal tahun 1942 dan musim panas 1944 sekitar 60.000 sampai 200.000 orang tewas dibunuh di kamp ini. Warga Yahudi dari Eropa Barat adalah kelompok terbesar di antara korban, di antaranya sekitar 22.000 warga Yahudi dari Jerman. Demikian perkiraan International Education and Exchange Center (IBB) yang berbasis di Dortmund.

Tetapi kamp yang berlokasi hanya 10 km dari kota Minsk itu hampir terlupakan sepenuhnya di kedua sisi Tirai Besi selama era Uni Sovyet. Hingga 2002 tidak ada bentuk peringatan apapun yang menimbulkan kenangan atas pembunuhan massal yang terjadi di sini selama Perang Dunia II.

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier (kiri) hadir dalam upacara peresmian.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier didampingi Presiden Belarus, Alexandr Lukashenko (tengah) dan Presiden Austria, Alexander Van der bellen (kanan)Foto: Reuters/V. Fedosenko

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier hadir dalam upacara peresmian monumen bagi para korban kamp Maly Trostenets, yang juga dikenal dengan sebutan Maly Troscianiec. Sambil menyebutnya "langkah yang seharusnya sudah diambil dari dulu," Steinmeier mengatakan, monumen harus jadi cara membawa kembali Maly Trostenets "ke dalam benak Eropa."

Inilah pertama kalinya presiden Jerman berkunjung ke Belarus. Presiden Austria dan Belarus juga hadir dalam upacara.

Korban terlupakan di sebelah timur Auschwitz

"Kebudayaan mengingat Soviet secara sengaja tidak mengikutsertakan Holocaust," kata pakar sejarah Belarus Aleksandr Dolgovsky. Dalam sejarah Uni Sovyet, korban kamp konsentrasi itu disebut "warga sipil Soviet, partisan dan pemberontak."

Di Jerman pun, tidak banyak peringatan atas korban Perang Dunia II dan kekejaman NAZI di Eropa Timur, walaupun jumlahnya besar. Demikian papar pakar sejarah Ekaterina Makhotina dari Universitas Bonn.

Dua lokasi monumen di Trostenets

Pekerjaan dimulai di monumen Trostenets tahun 2010. Bangunan utama adalah monumen berbentuk segi tiga yang disebut "Gerbang Ingatan" diresmikan 2015. Dari gerbang itu, ditandai jalan yang ditempuh korban menuju kematian. Monumen kedua di ladang tempat pembunuhan sudah dibuka. Tetapi kedua lokasi belum sempurna dibangun.

Sejak pekerjaan pada kedua monumen dimulai, dua kelompok independen yang terdiri dari pakar sejarah dan arsitek, bekerjasama. Demikian dijabarkan pakar sejarah Galina Levina kepada media Belarus, Tut.by. Keputusan yang diambil adalah membangun monumen dari bahan-bahan sederhana, bukan dari bahan mewah seperti marmer yang tidak tersedia di jaman Perang Dunia II, demikian Levina.

Kebudayaan mengingat yang melampaui batas negara

Pakar sejarah Belarus Aleksandr Dolgovsky mengatakan, penting bahwa peringatan dihidupkan setelah era Uni Sovyet berakhir. Ia memaparkan, bagi pakar sejarah, ini bukan sekedar peringatan baru atas peristiwa sejarah yang mengerikan dan memilukan.

"Celah informasi dalam riset sejarah adalah tantangan bagi kebudayaan mengingat kita. Apakah kita mampu membebaskan diri dari batasan negara yang hanya memungkinkan kita berduka dan memperingati korban di wilayah negara kita sendiri?" Demikian Dolgovsky. Ia menambahkan, "Kita harus mengingat kamp konsentrasi ini bersama dengan warga Jerman, sirael, Austria, Swiss, Amerika dan keturunan warga Yahudi yang dideportasi dan kini tinggal di negara lain."

Penulis: Mikhail Bushuev, Elena Danejko (ml/ap)