1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Belum Ada Bukti Iklim Tropis Buat Virus Corona Tidak Aktif

Rizki Akbar Putra
1 Februari 2020

Virus corona sensitif dengan lingkungan yang panas. Virus ini akan mati dalam suhu 56 derajat celcius. Wawancara DW Indonesia dengan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio terkait virus corona.

https://p.dw.com/p/3X7XT
China Temperaturmessung in Wuhan
Foto: Getty Images/AFP/H. Retamal

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan status situasi darurat global terkait wabah virus corona, Kamis (30/01). Sedikitnya 200 orang tewas dan 11.000 orang terinfeksi virus yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, menyebut Indonesia masih steril dari wabah virus corona jenis baru ini. Bagaimana virus corona jenis baru ini bisa muncul? Lantas mengapa manusia bisa terinfeksi virus ini? Apakah benar iklim tropis mampu membuat virus yang diberi nama 2019-nCov ini menjadi tidak aktif? Simak wawancara DW Indonesia dengan Prof. Dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK (K) seputar virus corona jenis baru.

Deutsche Welle: Novel Coronavirus (2019-nCoV) diketahui merupakan virus jenis baru yang masih satu keluarga dengan virus corona SARS dan MERS. Apa yang menyebabkan suatu virus dapat berkembang menjadi virus jenis baru?

Prof. Amin Soebandrio: Jadi virus corona pada umumnya virus hewan, terutama di berbagai jenis hewan liar. Ada yang di manusia namun cuma sedikit, ada enam, termasuk SARS corona virus dan MERS corona virus. Hanya enam dari 200-an virus corona. Tapi kita sudah ketahui bahwa virus yang menyerang hewan atau yang ada di hewan ya tetap ada di hewan, tidak ke manusia. Dan sebaliknya juga begitu, yang di manusia cenderung di manusia tidak ke hewan. Hanya saja bisa ada kemungkinan beberapa virus hewan itu kemudian masuk ke manusia melalui kontak. Artinya kalau manusia lebih erat dengan hewan, virusnya bisa pindah. Baik dari hewan ke manusia atau dari manusia ke hewan. Pada awalnya tidak akan menyebabkan sakit, karena masing-masing virus itu hanya mengenali spesies tertentu karena dia memiliki tropisme (kemapuan interaksi struktur permukaan virus terhadap reseptor permukaan sel inang). Tapi kalau itu terjadi berulang-ulang, maka dalam waktu yang cukup lama si virus bisa beradaptasi dengan macam-macam, mutasi, berubah.

Selain melalui kontak, apakah manusia bisa tertular virus corona melalui hewan yang dikonsumsi?

Kalau sudah dimasak tentunya tidak masalah. Tapi dalam proses memasak itu, mulai dari pembelian segala macam jadi ada kontak yang masih hidup/mentah. Itu yang menyebabkan manusia terpapar lebih banyak virus tadi. Bisa lewat tangannya, masuk ke mulut, ke hidung, ke mata, dan sebagainya.

Pada awal kemunculan virus ini diklaim hanya menular dari hewan ke manusia, namun kini dapat menular dari manusia ke manusia. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?

Memang awalnya kalau dari hewan ke manusia itu hanya ke manusia tertentu atau kalau dosisnya (virus) terlalu tinggi. Jadi terpapar banyak dengan virus itu dia bisa sakit. Tapi tidak menular manusia ke manusia. Tapi ketika virus itu mengenal "rumahnya” di manusia, maka kalau dia pindah ke manusia lain juga akan berkembang biak karena virus itu tidak bisa hidup di luar sel. Maka itu ketika dia masuk ke dalam sel itu harus dikenali dulu (sel inangnya), harus bisa lolos dari sistem imunnya.

Apakah benar jika iklim tropis seperti di Indonesia, dapat membuat virus corona tidak aktif?

Jadi gambaran umum dari virus corona itu memang agak sensitif terhadap lingkungan yang ekstrem, yang panas. Karena dia mati dalam suhu 56 derajat celcius. Tetapi khusus untuk virus yang sekarang ini Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV), kita belum punya cukup bukti apakah dia memang bisa bertahan pada suhu tropis. Karena suhunya hanya berkisar 30-34 derajat celcius. Paling tinggi sekitar 40an derajat celcius. Dan tubuh manusia 36-37 derjat celcius, itu pasti dia (virus) hidup. Jadi kita sekali lagi belum ada scientific evidence (bukti ilmiah) yang mendukung itu atau menolak.

Pada kenyataannya negara-negara tetangga yang juga beriklim tropis seperti Singapura, Malaysia, Thailand juga terpapar virus ini. Tanggapan Anda?

Analoginya kan begitu, kita tidak bisa menyatakan Indonesia suhunya tinggi terus aman (dari virus corona).

Lantas kondisi seperti apa yang menyebabkan virus corona ini dapat aktif berkembang biak?

Selama hubungan antara patogen dan sel inangnya itu sesuai, artinya si virus bisa menempel ke sel manusia. Artinya bisa lolos dari sistem kekebalan manusia kemudian bisa masuk ke dalam selnya itu, si virus bisa tumbuh. Karena sebetulnya tubuh kita punya sistem imun yang bagus. Selama sistem imunnya bagus dan jumlah virus yang masuk tidak terlalu banyak biasanya tidak sakit.

Baca jugaLebih 20 Negara Konfirmasi Terkontaminasi, Indonesia: "Kami Bebas Virus Corona"

Bagaimana kesiapan Indonesia dalam mengantisipasi penyebaran virus corona jenis baru ini? Merujuk kepada 245 WNI di Wuhan yang akan dipulangkan ke Indonesia.

Kita sebenarnya sudah mempunyai kemampuan mengantisipasi penyebaran virus corona itu, bahkan sebelum ada kasus ini Indonesia sudah punya laboatorium yang mampu mendeteksi. Jadi tidak perlu diragukan kita tidak bisa mendeteksi. Kalau di dalam sampelnya itu ada (virus corona), akan terdeteksi. Terkait dengan evakuasi sendiri, teman-teman di Kementerian Kesehatan sudah menyiapkan semuanya. Prosedurnya pasti mengacu pada apa yang disepakati internasional. Dan sampai di Indonesia (245 WNI) akan dipantau terus.

Langkah-langkah apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghindari penyebaran virus corona jenis baru ini?

Pola hidup bersih dan sehat. Jadi kebersihan tangan, rajin-rajin cuci tangan kalau habis pakai barang di tempat umum. Terus kalau masuk di daerah dicurigai ada kasusnya ya pakai masker. Tidak cukup pakai masker saja, pakai kacamata juga. (Ed: yp)

 

Prof. Dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK (K) adalah Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta.

Wawancara untuk DW Indonesia dilakukan oleh Rizki Akbar Putra, dan telah diedit sesuai konteks.