1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bencana di Asia Pasifik, Korban Tewas Bertambah

3 Oktober 2009

Jumlah korban tewas dalam satu pekan penuh bencana di Asia Pasifik meningkat menjadi 1,680 (03/10) saat kawasan ini berjuang menanggulangi akibat bencana alam gempa di Indonesia, tsunami di Samoa, dan topan di Filipina.

https://p.dw.com/p/Jx3g
Petugas penyelamat di Padang berpacu dengan waktu.Foto: AP

Untuk kedua kalinya dalam satu pekan, Filipina disapu angin topan. Badai 'Parma' tiba Sabtu ini (03/10) dengan kecepatan angin sampai 175 km per jam dan mengguncang Provinsi Cagayan di utara.

Angin kencang dan hujan deras menumbangkan pohon-pohon dan menarik lepas atap-atap rumah. Tapi sejauh ini tak ada laporan kerusakan serius. Berbeda dari kekuatiran sebelumnya, pulau utama Luzon yang padat penduduknya tidak terusik karena topan Parma mengubah arah lajunya.

Sementara itu Taiwan mengeluarkan peringatan akan ancaman bahaya akibat cuaca buruk. Penduduk di kawasan bahaya mulai dievakuasi karena badai semakin dekat.

Stephen Anderson dari Program Bantuan Pangan PBB, WFP, mengatakan, jutaan orang terkena dampak topan dan kehilangan tempat tinggal.

Ia mengatakan, "Kami mencatat lebih dari tiga juta orang menderita akibat hujan deras Sabtu pekan lalu. Beberapa tempat terendam air lebih dari enam meter. Dan lebih dari satu juta orang tak punya tempat tinggal. Kami masih berjuang menangani akibat dari angin topan sebelumnya. Bantuan segera disalurkan dan kami berpacu dengan waktu. Tentu saja Program Bantuan Pangan PBB berupaya membantu pemerintah dengan menyalurkan bantuan pangan, juga bantuan koordinasi logistik."

Presiden Filipina Gloria Arroyo mengumumkan situasi darurat bencana setelah topan Ketsana menyapu ibukota Manila dan daerah sekitarnya, akhir pekan lalu. Selain Filipina, Ketsana juga menghantam Vietnam dan Kamboja. Total korban tewas melebihi 400 orang. Ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Di Indonesia, petugas penyelamat masih berjuang mencapai lebih dari 4000 orang yang diyakini terperangkap di bawah reruntuhan setelah gempa berkekuatan 7,6 skala richter, Kamis lalu (30/09) mengguncang provinsi Sumatra Barat dan kawasan sekitarnya.

Sedikitnya 1.100 orang tewas dalam bencana tersebut, kata Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB John Holmes. Ratusan lainnya mengalami cedera. Angka tersebut, baik korban tewas maupun cedera dikuatirkan akan terus meningkat.

"Secara umum, ada waktu maksimal lima hari mulai dari guncangan gempa bagi korban yang terkubur atau terperangkap untuk bisa selamat. Tinggal satu atau dua hari lagi waktu untuk menyelamatkan mereka", kata Koordinator bantuan PBB di Indoneisa El-Mostafa Belamih, kepada kantor berita AFP.

Hingga Sabtu sore, Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana provinsi Sumbar mencatat korban tewas 535 orang, sementara 303 lainnya dinyatakan hilang. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari memperkirakan, jumlah korban tewas akibat gempa Kamis lalu tidak akan melebihi 4000 orang.

Di Samoa, petugas meyakini lebih dari 150 orang tewas dalam tsunami yang dipicu gempa bawah laut berkekuatan 8 skala Richter, Selasa lalu. Pihak Palang merah mengatakan, Sabtu ini relawan masih menemukan beberapa mayat.

Namun seiring berlalunya waktu, peluang untuk menemukan korban selamat semakin tipis. Mereka yang dinyatakan hilang dikuatirkan sudah tewas.

Pemerintah Samoa mengatakan Jumat lalu, akan dilakukan penguburan massal bagi para korban. Banyak keluarga sudah lebih dulu memakamkan sanak kerabat yang menjadi korban tsunami. Namun pemerintah menawarkan penguburan massal bagi sekitar 100 korban lainnya.

RP/AG/afp/rtr