1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bencana Kemanusiaan di Suriah

Andreas Gorzewski17 April 2013

Jutaan warga Suriah mengungsi karena perang. Membantu korban perang dan para pengungsi di negaranya makin sulit. Organisasi bantuan kekurangan dana.

https://p.dw.com/p/18HLY
Homs, Syria, 24 February 2012. Syrian Red Crescent ambulances EPA/SANA HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE ONLY/NO SALES +++(c) dpa - Bildfunk+++
Bulan Sabit Merah, SuriahFoto: picture-alliance/dpa

Menurut prediksi lembaga bantuan pengungsi PBB UNHCR, 5 juta warga Suriah menjadi pengungsi perang. Sekitar 4 juta orang mencari perlindungan di Suriah. Badan bantuan pangan PBB, WFP saat ini memberi bantuan makanan kepada 2,5 juta orang. Bantuan seperti ini butuh biaya besar. Banyak organisasi bantuan yang sudah kehabisan dana dan kapasitas.

Beberapa organisasi bantuan PBB kini mengeluarkan seruan drastis. ”Kebutuhan bantuan makin lama makin besar, sedangkan kemungkikan kami makin lama makin kecil.” Beberapa aksi bantuan dalam beberapa minggu depan sudah tidak dapat dilanjutkan. ”Pada dasarnya, para pengungsi perlu segala sesuatu”, kata Jens Laerke, jurubicara Koordinasi Bantuan Humaniter PBB, OCHA.

Setelah dua tahun perang saudara dengan 70.000 korban tewas, sebagian besar infrastruktur di Suriah sudah hancur. Jens Laerke menerangkan kepada Deutsche Welle, satu dari tiga gedung di Suriah rusak berat. Seperlima sekolah tidak bisa menyelenggarakan pelajaran, karena ruang kelas rusak atau ditempati pengungsi. Di banyak tempat, listrik mati dan tidak ada air bersih.

Rumah Sakit Sasaran Pemboman

Eckhardt Flohr bekerja untuk organisasi bantuan anak Hammer-Forum di kota Aleppo. Ia menceritakan, infrastruktur untuk perawatan medis rusak berat. Banyak rumah sakit yang jadi sasaran serangan udara. Meskipun demikian, masih banyak dokter dan juru rawat yang tetap bekerja merawat pasien.

”Para dokter di Suriah bekerja sangat keras. Mereka melakukan operasi di gudang bawah tanah”, kata Flohr. Di Aleppo memang masih ada pasar, tapi harga bahan makanan sekarang mahal sekali. Ia memperingatkan: ”Tidak lama lagi terjadi bencana kelaparan, walaupun itu belum terjadi sekarang.” Organisasi bantuan Hammer-Forum bekerja sama dengan organisasi lain di Jerman untuk membantu Suriah.

Rima Kamal dari Palang Merah Internasional di Damaskus menerangkan, penduduk tidak hanya menderita secara fisik, melainkan juga secara psikis. Banyak orang yang mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya. Mereka pergi tidur dengan harapan, bahwa mereka masih bisa bangun esok harinya.

Seruan Pada Negara Donor

Negara-negara donor seperti Jerman sudah meningkatkan bantuan humaniter. Menurut Kementerian Luar Negeri Jerman, sampai saat ini sudah disalurkan bantuan dana senilai 125 juta Euro. Dana ini diberikan kepada Suriah dan negara-negara tetangga yang harus menampung pengungsi. Senin (15/04) ada 36 warga Suriah yang luka berat diterbangkan ke Jerman untuk mendapat perawatan.

Aleppo 07.02.2013. Foto: Jan-Niklas Kniewel dpa
WFP membagikan makanan di AleppoFoto: picture-alliance/dpa

Jurubicara OCHA Jens Laerke meengaskan, dana bantuan masih sangat kurang. Bulan Desember lalu, PBB meminta bantuan dana 1,5 miliar dolar untuk membantu pengungsi selama 6 bulan. 520 juta dolar dibutuhkan untuk berbagai proyek di Suriah, sisanya untuk proyek bantuan di negara tetangga. Sampai sekarang, baru sekitar 40 persen dana yang masuk.

Kalaupun ada barang bantuan, tidak mudah membawanya ke Suriah. Transportasi bantuan sangat sulit dan berbahaya, baik di kawasan yang dikuasi pemerintah maupun pemberontak. Organisasi bantuan harus bersusah payah berunding dengan rejim dan kelompok pemberontak agar bisa mencapai lokasi pengungsi.

Untungnya, tim Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sekarang masih punya akses ke banyak tempat, kata Rima Kamal. Tapi situasinya sangat tergantung pada komandan setempat. Jaminan keamanan tidak bisa selalu didapat dan diandalkan. Bulan Sabit Merah sudah kehilangan 17 pekerja yang tewas dalam pertempuran.