1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrokan Kembali Meliputi Pantai Gading

2 Maret 2011

Pemuda pendukung presiden Pantai Gading yang saat ini masih menjabat , Laurent Gbagbo mengamuk di kawasan bisnis ibukota Selasa lalu (1/3). Mereka terutama menjarah toko-toko milik warga asing dan membakar kendaraan.

https://p.dw.com/p/10SSZ
Warga Abijan melarikan diri mencari perlindunganFoto: dapd

Pemuda pendukung presiden Pantai Gading yang saat ini masih menjabat , Laurent Gbagbo mengamuk di kawasan bisnis ibukota Abijan Selasa lalu (1/3). Mereka terutama menjarah toko-toko milik warga asing dan membakar kendaraan.

Pemimpin kelompok “Patriot Muda” pendukung Gbagbo, Ble Goude Jumat lalu (25/2) melakukan kerusuhan menentang upaya menurunkan Laurent Gbagbo dari tahtanya. Mereka menolak Alassane Ouattara, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa diakui sebagai pemenang pemilihan presiden 28 November lalu.

Pertempuran berdarah kembali terjadi di negara penghasil coklat terbesar di dunia. Dalam waktu hanya satu pekan sedikitnya 24 warga tewas. “Patriot Muda” Gbagbo, yang memang sudah sangat dikenal sebagai pelaku kekerasan xenophobia, menyerang kantor berita Pantai Gading. Antena penyiaran stasiun tersebut menjadi sasaran pendukung muda Gbagbo pada akhir pekan lalu, karena dianggap mendukung Ouattara.

Sementara ini Perserikatan Bangsa-Bangsa menyelidiki tuduhan, bahwa Belarusia mengirimkan tiga helikopter tempur ke Pantai Gading. Walaupun terhadap negara itu dijatuhkan embargo senjata. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon menyatakan, hari Minggu lalu (27/2) helikopter itu mendarat di bandara Yamoussoukro. Tiga helikopter dan sejumlah peralatan lainnya ditujukan bagi Laurent Gbagbo, yang hingga kini belum bersedia melepaskan jabatannya sebagai presiden Pantai Gading.

Juru bicara Sekjen PBB, Martin Nesirky mengatakan, tim penyelidik PBB di Pantai Gading belum dapat membuktikan kebenaran berita tersebut. Ketika hendak menyelidiki bagian helikopter yang diduga menyimpan pesawat terbang, tim itu menjadi sasaran tembakan, sehingga terpaksa membatalkan tugasnya. Jika berita tersebut terbukti benar, ungkap Sekjen PBB Ban Ki Moon di Washington seusai pertemuan dengan Presiden AS, maka Belarusia melanggar embargo senjata terhadap Pantai Gading. Namun pemerintah Belarusia menampik tuduhan tersebut.

Pemilihan presiden Pantai Gading semula diharapkan sebagai peluang mengakhiri perang saudara tahun 2002. Pertarungan kekuasaan antara Gbagbo dan Ouattara mengancam negeri itu kembali ke konflik sembilan tahun silam setelah perang saudara memisahkan negeri itu menjadi utara dan selatan. Kawasan utara dikuasai pemberontak, dan kawasan selatan oleh pemerintah. Sejak aksi protes kembali terpicu November lalu sedikitnya 300 warga tewas.

PBB melaporkan, pengungsi Pantai Gading yang mencari perlindungan di Liberia telah meningkat menjadi 65.000 orang dan 40.000 pengungsi lainnya tersebar di negeri itu. Sikap benci terhadap warga asing juga menjadi salah satu faktor pendorong krisis sejak bertahun-tahun. Dan semakin meningkat, ketika sebagian besar rakyat Pantai Gading memilih Quattara sebagai presiden baru. Sebanyak dua kali, pencalonan dirinya sebagai presiden dibatalkan di masa lalu, karena ayahnya berasal dari Burkina Faso.

Menurut pendukung Gbagbo, Quattara telah menguasai sebagian besar wilayah utara ibukota Abija khususnya kawasan Abobo. Sejak bentrokan terpicu kembali, pengungsi dalam jumlah besar meninggalkan Abobo untuk mencari perlindungan. Seorang warga Abobo menuturkan, bahwa situasinya telah mereda. Pemberontak telah meninggalkan kawasan.

Sementara di utara Pantai Gading, warganya mengeluhkan bahwa sejak satu bulan militer Gbagbo menguasai perusahaan distributor air dan listrik, dan memutus salurannya. Aksi ini dinilai sebagai pelanggaran keras terhadap hak asasi manusia.

AN/HP/ap/rtre