1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berpacu dengan Waktu, Upaya Temukan Vaksin Virus Corona

30 Januari 2020

Peneliti di Cina, AS dan Australia berusaha mengembangkan vaksin untuk atasi virus corona. Jika sukses, uji coba pertama dilakukan dalam tiga bulan. Vaksin akan tersedia paling cepat pertengahan tahun ini.

https://p.dw.com/p/3WyRQ
Deutschland Forschung Coronavirus
Foto: picture-alliance/dpa/C. Gateau

Peneliti di Cina dan AS mengembangkan vaksin yang ampuh dalam mengatasi virus corona. Jika sukses, tes pertama dilakukan dalam tiga bulan. Vaksin akan tersedia paling cepat pertengahan tahun ini. 

Langkah pertama memperoleh vaksin yang efektif terhadap novel coronavirus (2019-nCoV) telah dilakukan. Para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Cina, telah mengidentifikasi virus dan membagikan data ke seluruh dunia secara cepat.

Xu Wenbo, pimpinan CDC mengatakan kepada wartawan setempat bahwa para peneliti dengan cepat mengisolasi virus dan menganalisis susunan genetiknya.

Keduanya adalah langkah awal yang penting untuk memahami virus dan cara menghentikannya.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia dimana para ilmuwan mengidentifikasi virus baru yang dapat menyebar dari hewan ke manusia, mengurutkan virus secara genetik, menggandakannya di laboratorium, dan membagi informasi dengan begitu cepat.

Baca juga: Inilah Negara Asing Yang Mengevakuasi Warganya dari Wuhan

Pengembangan vaksin dimulai

Ini berarti bahwa para peneliti di Cina telah dapat mulai mengerjakan vaksin. Peneliti lain di AS, Australia dan negara-negara lain juga mencari vaksin yang sesuai.

Di AS, National Institute of Health telah membentuk kelompok pengembangan vaksin, dengan Anthony S. Fauci sebagai pemimpinnya, untuk mengkoordinasikan strategi lebih lanjut.

Di Journal of American Medical Association (FAMA), Fauci mengatakan bahwa dua vaksin yang dikembangkan untuk jenis virus corona lain, yang dikenal sebagai SARS dan MERS, bisa menjadi dasar yang baik untuk mengembangkan vaksin baru.

Dengan menggunakan apa yang disebut sebagai "platform vaksin," para peneliti mengambil virus yang relatif tidak berbahaya (seperti flu biasa) dan menambahkan unsur-unsur virus corona ke dalamnya untuk memicu reaksi dari sistem kekebalan tubuh.

Satu hal yang membuat pengembangan vaksin terhadap virus corona sangat sulit, yakni kemampuan virus dalam beradaptasi.

Penjepit molekuler

Sementara itu di Australia, tim yang dipimpin oleh Keith Chappell di University of Queensland juga mengembangkan vaksin.

Tim Chappell adalah bagian dari kelompok yang menamakan dirinya Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI). Bersama-sama, mereka bertujuan untuk mengembangkan vaksin menggunakan "penjepit molekuler."

Gagasannya adalah membuat virus di tahap paling awal tampak sebagai virus yang stabil di dalam tubuh. Itu akan memungkinkan sistem kekebalan manusia untuk bisa menyerang virus sebelum virus masuk ke dalam sel tubuh. Ketika virus masuk ke dalam sel, virus menjadi sangat berbahaya. Replikasi dan penyebarannya semakin kuat.

Para peneliti AS berharap bisa mulai menguji vaksin pada manusia dalam kurun waktu tiga bulan. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksin paling cepat dapat dipasarkan pada pertengahan tahun 2020. Itu pun akan menjadi rekor dalam sejarah pengembangan vaksin. Saat SARS, dibutuhkan waktu 20 bulan setelah genom virus berhasil diurutkan. (vlz/pkp)

Fabian Schmidt
Fabian Schmidt Editor redaksi sains yang berfokus pada teknologi dan inovasi.