1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berpacu Melacak Gelombang Gravitasi

18 Juli 2017

Gelombang gravitasi mula-mula terlacak di bumi. Tapi risetnya kini berlanjut di luar angkasa. Balapan melacak bukti fenomena jagat raya itu kini dimulai di bumi dan di antariksa.

https://p.dw.com/p/2ghgb
Deutschland Max-Planck-Institut Gravitationswellen
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hanschke

Keberadaan gelombang gravitasi mula-mula diprediksi oleh Albert Einstein  100 tahun lalu. Inilah tantangan besar bagi para ilmuwan untuk membuktikannya. Bukti pertama eksistensi gelombang gravitasi baru ditemukan tahun 2015 di bumi.

Tepatnya di instalasi Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) sebuah proyek penelitian internasional yang bermarkas di Amerika Serikat. Instalasi ini memiliki dua detektor atau antena yang terpisah jarak 3.000 kilometer, satu di Washington dan yang lainnya di negara bagian Louisiana.

Gelombang Gravitasi Ungkap Rahasia Semesta

Gelombang gravitasi tercipta jika dua lubang hitam bertabrakan di luar angkasa. Jika para ilmuwan berhasil membuktikan eksistensi gelombang ini, diharapkan banyak rahasia alam semesta bisa terkuak dan lebih dipahami. Temuan yang dilacak LIGO merupakan fenomena yang terjadi di lokasi sejauh 1,3 hingga 3 milyar tahun cahaya dari bumi.

Pelacakan akan rambah Antariksa

Selain detektor di bumi, kini badan antarika Eropa - ESA menyiapkan pelacakan dengan wahana laboratorium luar angkasa. Diharapkan dengan sistem pelacakan di antariksa, hasil pembuktian eksistensi gelombang gravitasi akan makin akurat.

eLISA singkatan dari Evolved Laser Interfermetry Space Antenna, oleh ESA disebut proyek LISA. Inti dari sistem tersebut adalah tiga satelit yang masing-masingva terpisah jarak 2,5 juta kilometer. Ketiga satelit terkoneksi lewat pancaran laser, yang bisa mengukur jarak sangat akurat.

Jika ada gelombang gravitasi melintas di jalur koneksi laser, maka pengukuran jarak antara satelit akan berubah. Detektor di masing-masing satelit akan merekam secara akurat pola dari gelombang gravitasi ini. Dengan proyek Eropa yang akan diluncurkan 2034 itu, para ilmuwan mengharap akan makin banyak misteri jagat raya yang akan terkuak.

Fabian Schmidt (as/vlz)