1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bertemu Netanyahu, Yahya Staquf Bakal Dipanggil Jokowi

15 Juni 2018

Usai bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Sekjen PBNU Yahya Cholil Staquf akan dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke istana negara. Jokowi meyakini lawatan Gus Yahya demi kemerdekaan Palestina

https://p.dw.com/p/2zbW4
Yahya Cholil Staquf, Generalsekretär der Nahdlatul Ulama
Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Creighton

Pertemuan dadakan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Sekjen PBNU Yahya Cholil Staquf di Yerusalem memperpanjang kontroversi seputar kunjungan anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu ke Israel. Staquf yang akrab dipanggil Gus Yahya berada di Israel atas undangan organisasi lobi Yahudi di AS, American Jewish Committe.

Menyusul pertemuan tersebut Presiden Joko Widodo mengatakan bakal memanggil Staquf sepulangnya dari Israel. Kepada awak media, Jokowi menuturkan dirinya yakin kunjungan Gus Yahya dimaksudkan buat membela Palestina. Ia juga menegaskan lawatan tersebut bersifat pribadi.

Sementara itu partai oposisi, Gerindra, menilai Israel berusaha memanfaatkan kehadiran tokoh Islam Indonesia untuk pencitraan. Kepada Detik, anggota Badan Komunikasi Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan Gus Yahya "dimanfaatkan Israel untuk kampanye politik Israel mendekati dunia Islam. Ini terbalik," kata dia.

Netanyahu mengunggah video kunjungan Gus Yahya ke dalam akun Twitternya. Dia menyebut pertemuan dengan Staquf merupakan sesuatu "yang spesial." Netanyahu juga mengklaim dirinya "senang melihat negara-negara Arab dan banyak negara Muslim yang kian dekat dengan Israel."

"Saya harap kita juga menyaksikan pergerakan di Indonesia," imbuhnya.

Dalam wawancara dengan harian Times of Israel, Yahya Staquf mengatakan kehadirannya di Israel adalah untuk mengkampanyekan jalan damai menuju solusi dua negara. "Saya ingin menyerukan kepada dunia untuk memilih masa depan yang lebih baik. Mari kita memilih Rahma, kasih saya terhadap orang lain," kata Gus Yahya.

"Kasih sayang adalah pondasi yang kita harapkan bisa membantu menemukan solusi untuk semua konflik di dunia," imbuhnya lagi. "Dan Rahma tidak membutuhkan persyaratan."

Menanggapi kecaman dari berbagai pihak di Indonesia, dia menegaskan komitmennya terhadap Palestina. "Mereka meneriaki saya, 'Anda ini muslim atau bukan? Mengapa Anda tidak membela Palestina?' Saya adalah muslim, saya ulama, dan saya mengabdi di jajaran kepemimpinan di salah satu organisasi muslim terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Jadi jelas bahwa saya di sini untuk Palestina,"  tegas Gus Yahya di hadapan warga Israel saat berbicara di Truman Institute.

Ia mengatakan perjalanannya kali ini dilakukan atas kekhawatiran terhadap menyusutnya peluang damai. "Karena saya takut dan khawatir nanti ke depan, semua usaha untuk perdamaian terhenti, bahkan harapan untuk perdamaian telah sirna," tambahnya.

rzn/hp (ap, timesofisrael, haaretz, kompas, detik)