1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berunding atau Aksi Militer?

Günther Birkenstock23 Oktober 2012

Amerika Serikat membantah laporan adanya rencana pembicaraan langsung dengan Iran dalam sengketa program atomnya. Negosiasi yang alot dapat merugikan Presiden Obama dalam pemilu.

https://p.dw.com/p/16Uub
Foto: ISNA

"Tidak benar bahwa Amerika Serikat dan Iran telah menyetujui untuk melakukan pembicaraan langsung atau pertemuan lainnya setelah pemilu presiden dan kongres,“ demikian dikatakan juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Tommy Vietor, Sabtu ((20/10/12).

Sebelumnya surat kabar The New York Times melaporkan, mengutip keterangan pejabat tinggi pemerintah AS, untuk pertama kalinya kedua negara sepakat untuk melakukan pembicaraan langsung. Pejabat Iran menegaskan hal tersebut dan menyatakan akan melakukan pembicaraan setelah pemilihan presiden AS tanggal 6 November 2012. Alasannya adalah, untuk mengetahui dengan siapa mereka nanti akan berhadapan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menekankan, Presiden Barack Obama akan tetap mempertahankan posisinya dan melakukan segala hal yang diperlukan untuk mencegah upaya Iran memiliki senjata atom. Semuanya tergantung pada Iran untuk membuktikan bahwa mereka akan meninggalkan rencana membuat bom atom. Jika tidak, Iran terancam sanksi lebih lanjut. Demikian dikatakan Tommy Vietor.

Inti Masalah: Pengayaan Uranium

Pembicaraan konflik atom antara Iran dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB serta Jerman dihentikan pada bulan Juni lalu. Teheran telah menunjukkan kesediaan untuk menghentikan proyek pengayaan uranium kadar tinggi, jika sanksi internasional dicabut dan hak Iran untuk pengayaan uranium pada prinsipnya diakui.

Iran Atomanlage Arak
Instalasi nuklir Iran di ArakFoto: aeoi.org.ir

Pihak Barat terutama berusaha mencegah Iran melakukan pengayaan uraniumnya melebihi dari 20 persen. Dengan tingkat kemurnian tersebut, uranium dapat dengan cepat diproses menjadi material yang mampu dijadikan senjata.

Amerika Serikat dan Israel menuduh bahwa Iran secara rahasia tengah mengembangkan senjata atom. Iran sendiri menyatakan bahwa program atom mereka hanya untuk kepentingan sipil. Israel berulang kali mengancam akan melakukan aksi militer terhadap fasilitas nuklir Iran.

Kegagalan Negosiasi Dapat Rugikan Obama

Presiden Barack Obama kini berada di bawah tekanan untuk sukses. Dalam persaingan ketat pada pemilu presidan AS, kegagalannya sampai saat ini dalam masalah sengketa program atom Iran akan merugikannya. Penantangnya, Mitt Romney, menuduh Obama telah gagal.

TV Duell Barak Obama Mitt Romney Hempstead
Mitt Romney vs Barack ObamaFoto: picture-alliance/dpa

Pakar Timur Tengah Michael Luders, mengatakan kepada DW, Romney menolak negosiasi dengan Iran dan memilih kebijakan yang keras. Satu hal yang disepakati Obama dan Romney adalah bahwa keduanya ingin sejauh mungkin membatasi Iran sebagai kekuatan geopolitik.

“Selain Suriah, Iran merupakan satu-satunya negara di wilayah itu yang menjalankan politik anti-Barat. Dan menurut pandangan politik Barat, sejauh ini Iran merupakan kambing hitam terakhir di wilayah tersebut.“ Namun ketegangan akan tetap berlangsung, tidak peduli siapa yang akan terpilih menjadi presiden AS, dikatakan Michael Lüders.

Dilema bagi Obama

Menurut pendapat Michael Lüders, provokasi dapat datang dari kedua belah pihak, dari Iran dan dari AS serta Israel. “Tampaknya semua pihak berusaha untuk mempertahankan posisi masing-masing.“

Der Autor Michael Lüders
pakar Timur tengah Michael LüdersFoto: picture-alliance/ dpa

Sebenarnya Iran memiliki hak untuk memiliki energi atom untuk kepentingan damai, dikatakan Lüders. Iran termasuk negara yang menandatangani perjanjian non-proliferasi intenasional dan oleh karenanya memiliki komitmen untuk pengawasan internasional. Sejauh ini, tuntutan Israel agar Iran menghentikan seluruh proyek pengayaan uranium dan mengirimkan seluruh uranium yang telah diperkaya ke luar negeri, tidak realistis.

“Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan hukum internasiona. Dan tentu saja tuntutan tersebut tidak akan dipenuhi oleh Iran. Ini merupakan tuntutan yang tidak dapat menjadi dasar untuk membicarakan satu penyelesaian.“ Hal ini juga disadari Obama, dijelaskan Lüders. Dan Obama juga mengetahui bahwa ia harus mencari jalan keluar dari cengkraman ini, terutama yang datang dari Israel.

Pengakuan atau Pergantian Rezim

Pakar Timur Tengah Michael Lüders tidak yakin bahwa Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Obama akan dengan serius mempertimbangkan melakukan aksi militer terhadap Iran. “Seperti diketahui, perang di Irak dan Afghanistan bukanlah contoh dari kesuksesan. Dan perang akan menjadi tantangan serius bagi kapasitas militer AS.“

Menurut Michel Lüders, pada intinya adalah pertanyaan, apakah negara-negara Barat bersedia mengakui Iran sebagai aktor geopolitik di Timur Tengah atau apakah dengan konflik nuklir, Barat terus berusaha untuk mendorong pergantian rezim di Teheran.

Masih belum jelas, keputusan apa yang akan diambil.