1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bethlehem Terpadat dalam Satu Dekade Lebih

24 Desember 2011

Puluhan ribu turis dan peziarah Kristen memadati kota Bethlehem di Tepi Barat untuk merayakan malam Natal. Hujan dan udara dingin tak menghalangi mereka mengunjungi tempat lahir Yesus Kristus.

https://p.dw.com/p/13Yxn
Gadis-gadis Palestina mengenakan pakaian tradisional di Lingkaran Manger
Gadis-gadis Palestina mengenakan pakaian tradisional di Lingkaran MangerFoto: AP

Jumlah pengunjung Bethlehem mencapai angka tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Pemerintah Palestina merasa bangga dan berharap perayaan kali ini mampu membawa mereka semakin dekat dengan kemerdekaan. Bethlehem, seperti wilayah lainnya di Tepi Barat, terseret ke masa sulit setelah rangkaian pemberontakan Palestina terhadap pendudukan Israel pecah di akhir tahun 2000-an. Sejak konflik mereda beberapa tahun terakhir, turis mulai kembali berdatangan.

Pemberkatan di luar Gereja Kelahiran
Pemberkatan di luar Gereja KelahiranFoto: AP

Bukti toleransi

Sabtu (24/12) malam, militer Israel yang mengontrol segala gerakan keluar dan masuk kota Bethlehem, menyebutkan bahwa sekitar 100 ribu pengunjung baik itu warga asing maupun warga Arab Kristen dari Israel telah memasuki Bethlehem. Atau meningkat dari jumlah tahun lalu yang mencapai 70 ribu orang.

"Menakjubkan berada di tempat Yesus lahir. Saya nonton perayaan natal di Bethlehem setiap tahun di televisi, tapi untuk berada langsung di sini, rasanya berbeda," ujar Irma Goldsmith (68) dari Amerika Serikat. Atmosfer layaknya festival begitu terasa di Lingkaran Manger yang dihiasi pohon Natal setinggi 15 meter lengkap dengan lampu-lampu.

Misa tengah malam digelar di Gereja Kelahiran yang menjadi tempat lahir Kristus. Uniknya, banyak pengunjung adalah perempuan Muslim berkerudung yang datang bersama keluarga. "Kami senang dapat berbagi liburan ini dengan saudara-saudara kami yang Kristen. Ini adalah masa liburan Palestina, dan kami bahagia dapat datang ke sini dan melihat," ungkap Amal Ayash (46) yang datang dengan tiga anak perempuannya.

Tempat kelahiran Yesus Kristus
Tempat kelahiran Yesus KristusFoto: picture alliance / dpa

Minim umat Kristen

Israel mengembalikan Bethlehem ke tangan Palestina beberapa hari sebelum perayaan Natal di tahun 1995. Sejak itu, warga kerap datang untuk merayakan Natal tanpa memandang agama. Kini Bethlehem tidak lagi berpenampilan kuno, namun dilengkapi kompleks-kompleks apartemen serta jalan-jalan sempit yang dipadati 50 ribu penduduk. Ironisnya, 22 persen warga Bethlehem adalah pengangguran. Pemerintah Palestina menyalahkan permukiman Israel yang mengepung Bethlehem dan menghambat laju perekonomian yang sangat tergantung kepada pemasukan dari pariwisata. Setiap turis yang ingin memasuki Bethlehem harus melewati pemeriksaan di pos perbatasan Israel.

Hanya sepertiga warga Bethlehem yang beragama Kristen akibat pengungsian besar-besaran warga Kristen dari Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir. Hanya 60 ribu warga Kristen yang tinggal di wilayah Palestina, atau sekitar 2 persen dari total populasi. Sementara Paus Benediktus XVI memulai perayaan Natal selama dua pekan di Vatikan dengan misa malam di Basilika Santo Petrus. Misa dipercepat menjadi pukul 10 malam waktu setempat mengingat usia Paus yang sudah menginjak 84 tahun.

ap/afp/Carissa Paramita

Editor: Ayu Purwaningsih