1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Joe Biden: Afganistan Harus Tentukan Masa Depannya Sendiri

9 Juli 2021

Presiden AS Joe Biden mengatakan "tidak dapat dihindari" bahwa Taliban akan mengambil alih Afganistan setelah penarikan pasukan AS dari negara itu. Biden juga mengatakan AS akan mengakhiri penarikan pada akhir Agustus.

https://p.dw.com/p/3wFeQ
Presiden Joe Biden berpidato soal situasi Afganistan di gedung Putih, Kamis (08/07)
Presiden Joe Biden berpidato soal situasi Afganistan di gedung Putih, Kamis (08/07)Foto: Saul Loeb/Getty Images/AFP

Dalam pidatonya pada hari Kamis (08/07), Presiden Joe Biden mengatakan bahwa misi militer AS di Afganistan akan berakhir pada 31 Agustus. Sebelumnya, Biden berjanji untuk menarik semua tentara AS dari negara itu pada 11 September.

"Kami tidak pergi ke Afganistan untuk membangun bangsa," kata Biden dalam pidatonya dan mengatakan bahwa rakyat Afganistan sendirilah yang harus menentukan masa depan mereka.

"Para pemimpin Afganistan harus bersatu dan bergerak menuju masa depan."

Biden menambahkan bahwa dia tidak mempercayai Taliban, tetapi mengatakan bahwa pemerintah Afganistan memiliki banyak pasukan untuk melawan Taliban.

Biden mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahhwa "tidak dapat dihindari" Taliban akan mengambil alih negara itu setelah penarikan AS. Ia menambahkan bahwa tidak ada negara dalam sejarah yang pernah menyatukan Afganistan.

Presiden AS ke-46 itu pun mengatakan bahwa militer AS telah "mencapai" tujuannya di Afganistan, yaitu membunuh Osama bin Laden, menjatuhkan Al-Qaeda, dan mencegah lebih banyak serangan di Amerika Serikat.

"Berapa banyak lagi, berapa ribu lagi anak perempuan dan laki-laki Amerika yang bersedia Anda pertaruhkan?" tegas Biden merujuk kepada pihak-pihak yang menentang penarikan pasukan AS.

"Saya tidak akan mengirim generasi Amerika lainnya untuk berperang di Afganistan, tanpa harapan yang masuk akal untuk mencapai hasil yang berbeda," tambahnya.

Biden juga menambahkan bahwa AS berencana merelokasi ribuan warga Afganistan yang bekerja sebagai penerjemah pada Agustus medatang, dan mereka dapat dengan aman mengajukan permohonan visa AS.

PM Johnson: Mayoritas pasukan Inggris telah keluar dari Afganistan

Pernyataan Biden muncul setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada hari Kamis (08/07) bahwa sebagian besar tentara Inggris telah meninggalkan Afganistan.

"Semua pasukan Inggris yang ditugaskan untuk misi NATO di Afganistan sekarang kembali ke rumah ... Saya tidak akan mengungkapkan jadwal keberangkatan kami, tetapi saya dapat memberi tahu parlemen bahwa sebagian besar personel kami telah pergi," kata Johnson kepada Anggota Parlemen Inggris dalam sebuah pernyataan.

Negara-negara NATO lainnya, seperti Jerman, juga telah menyelesaikan penarikan pasukan mereka dari Afganistan.

Taliban menguasai penyeberangan perbatasan ke Iran

Penarikan pasukan negara-negara asing terjadi ketika kelompok Taliban terus merebut lebih banyak wilayah dari pemerintah Afganistan.

Media Afganistan dan Iran melaporkan pada hari Kamis (08/07) bahwa Taliban telah merebut wilayang perbatasan penting dengan Iran. Taliban sebelumnya telah merebut wilayah perbatasan strategis dengan Tajikistan dan Uzbekistan.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan bahwa Taliban telah merebut puluhan pusat distrik di Afganistan.

Rusia: Taliban jamin keamanan para diplomat

Pada hari Kamis (08/07), delegasi Taliban mengunjungi Moskow dan berjanji kepada Kremlin bahwa pasukan mereka tidak akan membahayakan keamanan Rusia.

"Kami menerima jaminan dari Taliban bahwa mereka tidak akan melanggar perbatasan negara-negara Asia Tengah dan juga jaminan keamanan mereka untuk misi diplomatik dan konsuler asing di Afganistan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia tentang pertemuan itu dilansir kantor berita AP.

Kepada Rusia, delegasi Taliban mengatakan bahwa pihaknya akan menghormati hak asasi manusia "dalam kerangka norma-norma Islam dan tradisi Afganistan."

Sebelumnya, AS menginvasi Afganistan pada tahun 2001 setelah serangan 9/11 oleh organisasi teroris al-Qaeda, di mana negara anggota NATO lainnya juga mengerahkan pasukan militernya ke negara Asia Selatan tersebut.

rap/hp (Reuters, AP, AFP)