1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Biden: Putin Tidak Bergurau Soal Kiamat Nuklir

7 Oktober 2022

Presiden AS Joe Biden mewanti-wanti terhadap meningkatnya risiko “kiamat”, menyusul ancaman Rusia menggunakan senjata nuklir atau biologi dalam perang di Ukraina. Menurutnya, Moskow tidak sedang bergurau.

https://p.dw.com/p/4Hsx6
Presiden AS Joe Biden
Presiden AS Joe BidenFoto: Susan Walsh/AP/picture alliance

Berbicara di hadapan Komite Kampanye Senator Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden mengatakan Vladimir Putin sebagai "sosok yang saya kenal baik.” Dia meyakini presiden Rusia itu "tidak sedang bergurau ketika mengancam akan menggunakansenjata nuklir, senjata biologi atau kimia,” ujarnya, Kamis (6/10).

"Kita belum pernah menghadapi ancaman kiamat sejak Presiden John F. Kenney dan krisis Kuba,” imbuhnya. Biden meyakini ancaman Putin bukan sekedar pepesan kosong, "karena militernya, bisa dikatakan, berkinerja buruk.

Peringatan serupa sudah dilayangkan sejumlah pejabat tinggi AS sejak jauh hari. Militer Rusia mengalami kerugian besar usai dipukul mundur dari kawasan Kharkiv, Donbas dan Kherson oleh serangan balik Ukraina. 

Untuk melindungi wilayah yang sudah dicaplok, Putin menggelar referendum di empat wilayah Ukraina, serta mendeklarasikannya sebagai bagian wilayah teritorial Rusia dan sebabnya berada di bawah perlindungan payung nuklir.

GIS Arta Mencari dan Mengunci Sasaran Artileri

Ancaman "kehancuran global”

Kendati demikian, Amerika Serikat sendiri belum merasa butuh untuk menyiagakan angkatan nuklirnya. "Sejauh ini kami tidak melihat adanya alasan untuk mengubah level kesiagaan nuklir, atau punya indikasi bahwa Rusia sedang memperisapkan penggunaan senjata nuklir,” kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, Kamis (6/10).

Peringatan Presiden Biden juga diarahkan kepada Rusia. Menurutnya, penggunaan senjata nuklir akan mengarah kepada kehancuran global. "Saya tidak yakin adanya skenario penggunaan senjata nuklir yang tidak berujung pada kiamat,” kata dia.

Dia menambahkan, pihaknya masih "berusaha untuk memahami” rencana Putin di Ukraina. "Di mana dia mau mencari jalan keluar?” tanya Biden. "Bagaimana dia bisa tiba di posisi, di mana dia tidak hanya kehilangan muka tetapi juga kehilangan kekuasaan yang signifikan di dalam Rusia?”

Kekalahan yang dialami militer Rusia memaksa Moskow mendeklarasikan mobilisasi parsial, yang membidik antara 300.000 hingga satu juta warga sipil berlatarbelakang militer. Mereka setidaknya akan menjalani pelatihan selama dua bulan sebelum dikirim ke Ukraina.

Cara Bangsa yang Paling Bahagia Hadapi Ancaman Rusia

Konsekuensi dramatis bagi Putin

Langkah dramatis Moskow, yang antara lain menyiagakan angkatan nuklirnya, meluapkan kekhawatiran terkait kiamat nuklir. "Saya ingin mengingatkan Anda bahwa kami pun punya beragam cara pemusnahan,” kata Putin, 21 September silam. 

"Jika keutuhan wilayah kami terancam, demi melindungi Rusia dan rakyat kami, kami tentu akan menggunakan semua yang kami miliki,” ujarnya sembari menambahkan, "ini bukan ancaman kosong.”

Pekan lalu, penasehat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, mengklaim pihaknya sudah bersikap "jelas” terkait "konsekuensi” yang akan diterima Rusia jika menyerang dengan senjata nuklir. 

"Ini adalah sesuatu yang kami anggap sangat serius dan komunikasikan secara langsung dengan pihak Rusia, termasuk mengabarkan jenis repons AS jika mereka mengambil jalan kegelapan itu.”

Selasa (4/10) lalu, Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy mengatakan Putin memahami bahwa serangan nuklir oleh Rusia "tidak akan pernah dimaafkan dunia.” 

"Dia tahu, setelah mengunakan nuklir, dia tidak lagi akan mampu menyelamatkan nyawanya. Saya sangat yakin,” kata Zelenskyy.

rzn/yf (ap,rtr)